Rupiah Bergejolak, Risiko Kredit Sektor Produktif Meningkat

Kamis, 13 September 2018 07:02 WIB

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI), perbankan harus mewaspadai kredit di sektor pertambangan dan penggalian. Data menunjukkan sejak Januari 2016 hingga November 2017 rasio mulai menembus batas bahaya.

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan risiko kredit usaha atau sektor produktif hingga akhir tahun berpotensi meningkat. Hal itu sejalan dengan nilai tukar rupiah yang cenderung masih akan bergejolak hingga tren kenaikan bunga perbankan merespon kenaikan bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate yang kini di level 5,5 persen.

Simak: Akhir 2018, AkuLaku Berikan Pinjaman Kredit Pendidikan

“Kredit konsumsi masih ditopang oleh pertumbuhan ekonomi dan konsumsi rumah tangga, juga relaksasi kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) Bank Indonesia, sehingga risikonya lebih rendah dibandingkan kredit usaha,” ujarnya, kepada Tempo, Rabu 12 September 2018.

Menurut Josua, Bank Indonesia hingga akhir tahun nanti berpeluang kembali menaikkan bunga hingga 25 basis points (bps) lagi. “Jadi akan ada adjustment juga dari perbankan, dan kenaikan bunga ini tentu akan berdampak pada kualitas kredit,” katanya. Untuk tingkat rasio NPL secara keseluruhan, meskipun meningkat, dia memprediksi masih akan berada di bawah 3 persen.

Bercermin dari tren kenaikan NPL dua tahun terakhir, dia mengatakan perbankan pun tak akan terlalu ekspansif dalam menyalurkan kreditnya. “Tapi pertumbuhan kredit masih akan naik dari 8 persen tahun lalu ke 9-11 persen tahun ini, karena ekonomi juga masih tumbuh.”

Advertising
Advertising

Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean berujar ketidakpastian ekonomi global yang masih akan membayangi juga akan membuat perbankan lebih selektif dan berhati-hati dalam menentukan preferensi sektor kredit usaha. “Untuk sektor yang aman contohnya logistik, transportasi, itu masih bagus,” katanya.

Sedangkan, untuk potensi kenaikan bunga acuan, dia menilai sudah tak ada cukup ruang lagi. “5,5 persen harusnya sudah cukup, karena spread (selisih) kita dengan Fed Funds Rate juga cukup jauh mereka 2 persen, jadi bedanya 3,5 persen.”

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah mengingatkan ke depan cenderung akan terjadi pengetatan likuditas perbankan. Adapun rasio pinjaman kredit terhadap simpanan (LDR) bank umum pada Juli lalu meningkat menjadi 93,11 persen dari sebelumnya 92,13 persen.

“Risiko likuiditas hingga akhir tahun diperkirakan masih akan cukup tinggi, yang dipicu oleh potensi kenaikan Fed Funds Rate, penguatan dolar AS, kekhawatiran perang dagang, hingga volatilitas pasar finansial yang masih tinggi,” ucapnya.

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

7 jam lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

1 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

1 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

2 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

2 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya