Darmin Nasution Bantah Fahri Hamzah Soal Data Gempa Lombok

Senin, 10 September 2018 17:49 WIB

Ekspresi Ketua DPR Bambang Soesatyo bersama dengan dua Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon saat melihat foto-foto yang dipajang dalam pameran foto jurnalistik Warna-warni Parlemen Modern di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa, 28 Agustus 2018. Sejumlah foto yang ditampilkan merupakan hasil karya wartawan parlemen dan divisi pemberitaan parlemen dari 2017 sampai 2018. TEMPO/Fakhri Hermansyah

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution membantah data mengenai dampak bencana gempa Lombok yang dimiliki pemerintah amburadul dan tidak sinkron antar lembaga seperti diungkap Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Darmin mengatakan perbedaan data bisa saja terjadi karena persoalan tanggal dan waktu pengumpulannya.

Baca juga: Fahri Hamzah: Tak Ada Leadership dalam Rehabilitasi Lombok

"Bisa saja, macam-macam, data kami tetap data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)," kata Darmin selepas mengikuti dalam Rapat Konsultasi DPR soal penanganan bencana gempa NTB di Gedung Nusantara II DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 10 September 2018.

Dalam rapat ini, Fahri mengkritik adanya ketidaksesuaian data antara BNPB dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Fahri mencontohkan data rumah rusak berat dari BNPB sebanyak 32.968 unit justru berbeda dengan data Pemerintah Provinsi NTB. Lalu ada juga 12 unit jembatan yang rusak di PUPR. Ternyata dari data BNPB jumlahnya mencapai 17 unit.

Dalam rapat ini, BNPB, PUPR, dan Pemprov NTB menampilkan data masing-masing yang mereka miliki. Pertama, BNPB menyampaikan jumlah rumah rusak mencapai 167 ribu unit. Ini adalah update data verifikasi rumah rusak BNPB per 8 September 2018. Sebanyak 32.968 unit rumah teridentifikasi sebagai rusak berat.

Sementara dari data PUPR, jumlah rumah rusak berat yang telah diidentifikasi hanya mencapai 31.991 unit. Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemprov NTB juga hanya menyebutkan secara total ada 149 ribu rumah rusak di NTB, berbeda dari BNPB yang mencatat 167 ribu unit. Data Pemprov NTB ini diambil dari update operasi operasi Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Penanggulangan Darurat Bencana dari TNI per 8 September 2018.

Adapun pada data soal kerusakan, kerugian dan kebutuhan dana rehabilitasi, tetap ada perbedaan data meski tidak terlalu besar. Dari data Pemprov NTB per 7 September 2018, total kerusakan mencapai Rp 11,6 triliun, kerugian Rp 2,3 triliun, dan kebutuhan rehabilitasi Rp 8,93 triliun. Sementara dari data BNPB per 8 September 2018, total kerusakan yaitu Rp Rp 10,1 triliun, kerugian Rp 2 triliun, dan kebutuhan rehabilitasi Rp 8,6 triliun.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ikut membantah Fahri Hamzah bahwa data bencana milik pemerintah simpang siur. "Kami patokan ke BNPB." Sementara Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan data memang boleh bersumber dari mana saja asalkan dilakukan validasi setelahnya. "Perbedaan data itu biasa di setiap bencana," kata dia.

Berita terkait

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

20 hari lalu

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?

Baca Selengkapnya

Saat Grace Natalie PSI 'Senggol' Gelora dan PKB soal Lonjakan Suara

55 hari lalu

Saat Grace Natalie PSI 'Senggol' Gelora dan PKB soal Lonjakan Suara

Partai Gelora dan PKB 'disenggol' Grace Natalie PSI soal lonjakan suara dalam quick count sebuah lembaga survei. Apa kata Gelora dan PKB?

Baca Selengkapnya

Respons Fahri Hamzah soal Partai Gelora Alami Lonjakan Suara

56 hari lalu

Respons Fahri Hamzah soal Partai Gelora Alami Lonjakan Suara

Partai Gelora menjadi sorotan selain PSI karena mengalami lonjakan suara dalam real count sementara KPU

Baca Selengkapnya

Fahri Hamzah dan Partai Gelora Setuju Ambang Batas Parlemen Dihapuskan

57 hari lalu

Fahri Hamzah dan Partai Gelora Setuju Ambang Batas Parlemen Dihapuskan

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan ambang batas parlemen atau parliamentary threshold harus dihapuskan. Hal

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo-Gibran Menang: Akankah Bahlil, Habiburokhman, Grace Natalie, Gus Miftah hingga Raffi Ahmad Jadi Menteri?

18 Februari 2024

Jika Prabowo-Gibran Menang: Akankah Bahlil, Habiburokhman, Grace Natalie, Gus Miftah hingga Raffi Ahmad Jadi Menteri?

Jika Prabowo-Gibran menang, pendukung utama seperti Habiburokhman, Grace Natalie, Bahlil, Zulhas, hingga Gus Miftah dan Raffi Ahmad bisa jadi menteri?

Baca Selengkapnya

Film Dirty Vote Ulas Dugaan Permainan Aturan KPU untuk Loloskan Partai Gelora di Pemilu 2024

12 Februari 2024

Film Dirty Vote Ulas Dugaan Permainan Aturan KPU untuk Loloskan Partai Gelora di Pemilu 2024

Bagaimana dugaan permainan aturan KPU untuk meloloskan Partai Gelora yang diulas di film Dirty Vote?

Baca Selengkapnya

Timnas Amin Minta Fahri Hamzah Tak Sombong Bilang Anies dan Cak Imin Bakal Jadi Tersangka

1 Februari 2024

Timnas Amin Minta Fahri Hamzah Tak Sombong Bilang Anies dan Cak Imin Bakal Jadi Tersangka

Timnas Amin Minta Fahri Hamzah Tak Sombong Bilang Anies dan Cak Imin Bakal Jadi Tersangka

Baca Selengkapnya

Ganjar Janji Lanjutkan Pembangunan Jokowi tapi Tak Pakai Kacamata Kuda, Apa Artinya?

26 Desember 2023

Ganjar Janji Lanjutkan Pembangunan Jokowi tapi Tak Pakai Kacamata Kuda, Apa Artinya?

Ganjar berjanji melanjutkan pembangunan yang dilakukan Presiden Jokowi bila menang dalam Pilpres 2024, tapi tak dengan kacamata kuda. Apa artinya?

Baca Selengkapnya

NasDem Bantah Isu Tarik Menteri dari Kabinet Jokowi

14 Desember 2023

NasDem Bantah Isu Tarik Menteri dari Kabinet Jokowi

NasDem membantah cuitan Fahri Hamzah soal ada partai pendukung Anies Baswedan yang akan menarik menteri dari Kabinet Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Debat Capres, Saat Fahri Hamzah Sempat Dilarang Masuk

12 Desember 2023

Cerita dari Debat Capres, Saat Fahri Hamzah Sempat Dilarang Masuk

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, tertahan di pintu pagar kantor Komisi Pemilihan Umum saat mau menghadiri acara debat capres

Baca Selengkapnya