Pesawat Garuda Indonesia Airbus 330 lepas landas membawa calon haji kloter pertama embarkasi Padang, di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padangpariaman, Sumbar, Selasa (10/9). Sebanyak 369 calon haji kloter pertama dari kabupaten Tanah Datar, Padangpanjang, dan Padang, berangkat menuju Jeddah didampingi lima orang petugas. ANTARA/Iggoy el Fitra
TEMPO.CO, Padang - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Sumatera Barat mendorong penambahan jadwal penerbangan Jakarta-Padang maskapai Garuda Indonesia untuk mendukung pengembangan wisata daerah.
"Sekarang Jakarta-Padang dilayani tujuh kali pulang pergi oleh Garuda, namun banyak juga yang tidak kebagian tiket karena penuh. Asita mendorong penambahan jadwal penerbangan untuk rute ini," kata Ketua Asita Sumatera Barat Ian Hanafiah di Padang, Senin, 10 September 2018.
Menurutnya, penumpang yang membatalkan rencana bepergian ke Sumatera Barat karena tidak kebagian tiket itu berpotensi berwisata di daerah. Dengan begitu, kata Ian, mereka bisa memberikan pemasukan bagi masyarakat dan daerah.
Sebagian wisatawan tersebut kemungkinan fanatik dengan maskapai tertentu dan tidak mau mengalihkan pada maskapai lain. Karena itu mereka lebih memilih membatalkan liburan, ketimbang memakai maskapai lain.
"Kami beberapa kali menerima pembatalan rencana kedatangan wisatawan akibat hal ini. Itu berpotensi merugikan daerah. Karena itu kami mendukung langkah Pemprov Sumbar untuk meminta Garuda menambah jadwal penerbangan rute ini," ujarnya.
Ia meyakini penambahan itu akan berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat.
Sebelumnya Gubernur Sumbar Irwan Prayitno meminta manajemen Garuda Indonesia untuk menambah jadwal penerbangan Jakarta-Padang minimal jadi delapan kali sehari. "Kalau memungkinkan, lebih dari itu," katanya.
Ia juga mendukung pembukaan rute penerbangan baru dari berbagai provinsi di Indonesia ke Sumbar.
Irwan yakin hal itu akan membantu pengembangan wisata daerah yang sedang menggeliat. Namun ia meminta agar penambahan jadwal penerbangan itu dibarengi dengan kebijakan penyesuaian tarif dari Garuda agar tidak terlalu tinggi.