Rupiah Jeblok, KPPU Awasi Kemungkinan Persekongkolan Pedagang
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 8 September 2018 16:58 WIB
TEMPO.CO, Makassar - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyebutkan bakal selalu aktif memantau harga kebutuhan pangan di seluruh Indonesia menyusul pelemahan kurs rupiah hingga mendekati level Rp15 ribu per dolar AS. Pasalnya, kenaikan nilai tukar dolar AS ini dinilai akan mempengaruhi psikologi dari para pedagang.
Baca: Rupiah Melemah, Pengusaha Angkutan Keluhkan Harga Onderdil Naik
"Makanya, kami di satgas pangan akan pantau terus gejolak kenaikan dolar ini dan melihat dampaknya terhadap komoditas pangan," ujar Wakil Ketua KPPU RI Ukay Karyadi di Makassar, Jumat, 7 September 2018.
Ukay mengatakan kenaikan dolar bagi para kalangan pengusaha khususnya industri besar memang sedang diuntungkan jika dalam kesehariannya bergerak di bidang ekspor. Sedangkan bagi para pengusaha tingkat bawah, kata Ukay, akan mempengaruhi psikologi para pedagang sehingga pengawasan perlu dilakukan secara ekstra.
Lebih jauh Ukay menjelaskan pengusaha sebetulnya dianggap wajar bila menaikkan kenaikan harga pangan akibat pelemahan rupiah itu, asalkan ada kenaikan yang mendahuluinya seperti kenaikan biaya produksi.
Kenaikan kebutuhan pangan, menurut Ukay, bisa ditoleransi jika biaya produksi ikut merangsek naik. "Ada hal-hal yang bisa ditolerir dalam kenaikan harga pangan yakni naiknya biaya produksi. Tetapi jika kenaikan karena aji mumpung, ini yang tidak bisa diterima karena ada indikasi persaingan tidak sehat," katanya.
Ukay menjelaskan pihaknya akan fokus pada persekongkolan antarpedagang dalam menentukan harga atau kenaikan di tengah kenaikan mata uang dolar AS terhadap rupiah. "Ini yang akan kami ingatkan kepada para pedagang agar tidak melakukan hal-hal yang merusak persaingan usaha dan merugikan konsumen. Contohnya bersepakat antarpedagang dalam menaikkan harga," ucapnya.
Sebelumnya Koalisi partai politik pengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini bakal berdampak sistemik terhadap perekonomian.
"Melemahnya kurs rupiah yang berkepanjangan tentunya memberatkan perekonomian nasional, khususnya rakyat kecil," kata calon wakil presiden Sandiaga Uno dalam konferensi pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta, Jumat malam, 7 September 2018.
Dalam konferensi tersebut hadir juga calon presiden Prabowo Subianto, Presiden PKS Sohibul Iman, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon, Ketua DPP PAN Yandri Susanto.
Baca: Luhut Panjaitan Jelaskan Detail Alur Pelemahan Rupiah
Menurut Sandiaga, pelemahan kurs rupiah bakal berimbas ke rakyat kecil karena cepat atau lambat mereka harus menanggung kenaikan harga harga kebutuhan pokok. Termasuk harga kebutuhan makanan sehari-hari rakyat kecil seperti tahu dan tempe. Sandiaga menilai melemahnya kurs rupiah yang berkepanjangan itu karena lemahnya fundamental ekonomi Indonesia yaitu defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
ANTARA