Bappenas Usulkan Nasionalisme Investasi, Apa Maksudnya?

Jumat, 31 Agustus 2018 12:41 WIB

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro dalam acara seminar nasional pembangunan iptek untuk kemajuan bangsa di Kementerian Bappenas, Kamis, 30 Agustus 2018. TEMPO/ Kartika Anggraeni

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan nasionalisme investasi bisa menjadi strategi untuk mensosialisasi produk-produk investasi yang kini telah tersedia di pasar. Ia mengatakan strategi ini mungkin bisa menarik dan meningkatkan jumlah investor dalam negeri yang terbilang masih sedikit.

Baca juga: Bappenas Dorong MRT Jakarta Diteruskan hingga Tangerang Selatan

"Melakukan sosialisasi investasi dengan menyentuh nasionalisme mungkin bisa menggerakkan masyarakat untuk ikut berinvestasi. Kalau gunakan pendekatan logika, rasional, sulit sepertinya," kata Bambang saat menyampaikan pidatonya dalam acara diskusi "Menuju Indonesia Maju Keuangan Syariah Hari ke-159" di gedung Bursa Efek Indonesia, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat, 31 Agustus 2018.

Adapun yang dimaksud dengan nasionalisme investasi, menurut Bambang, adalah upaya menarik sebanyak-banyaknya masyarakat supaya mau ikut berinvestasi di sektor keuangan dan pasar modal. Dengan menggunakan nasionalisme, diharapkan memberi kesan bahwa berinvestasi juga merupakan cara berkontribusi dalam pembangunan dan memperkuat ekonomi domestik.

Menurut Bambang, ide ini diperolehnya ketika tengah berkunjung ke Jepang saat masih menjabat Menteri Keuangan. Ia melanjutkan, banyak pihak menyatakan bahwa rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang hanya mencapai 30 persen lebih aman dibanding Jepang. Negara tersebut diketahui memiliki rasio utang 200 persen dibanding PDB.

Advertising
Advertising

Namun, kata Bambang, yang membedakan Jepang dengan Indonesia adalah rasio kepemilikan asing terhadap utang di instrumen surat berharga dalam denominasi mata uang yen. Di Jepang, kepemilikan dana asing utang hanya mencapai 9 persen.

"Jadi, kalau ada gejolak di dunia, ya, tenang aja. Karena 90 persen surat utang dimiliki oleh orang Jepang, dan kami tahu nasionalisme orang Jepang," kata Bambang.

Kondisi tersebut berbeda dengan Indonesia, yang saat ini rasio investor atau dana asing yang lebih menguasai dibanding domestik. Bambang mengatakan rasio dana asing yang berinvestasi di surat berharga negara (SBN) telah mencapai 40 persen.

Bambang berujar contoh itulah yang ia sebut sebagai nasionalisme investor. Artinya, masyarakat peduli terhadap pembangunan domestik yang ditunjukkan lewat pembelian surat-surat berharga negara.

Dengan kondisi itu, jika ada gejolak seperti yang kini tengah seperti sekarang ini, bisa dipastikan bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah. "Jadi, intinya, kalau punya nasionalisme investasi, otomatis stabilitas makro, pasar keuangan dan modal, akan lebih terbantu," kata Kepala Bappenas ini.

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

20 jam lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

Menkomarinves Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk Jokowi sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional. Ini jabatan kesekian yang diterima Luhut.

Baca Selengkapnya

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

2 hari lalu

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

Investasi menjadi salah satu langkah keuangan yang wajib dilakukan oleh semua orang.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

2 hari lalu

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

Zulhas menyayangkan baja tak sesuai standar mutu masih diproduksi di Indonesia dengan alasan investasi.

Baca Selengkapnya

Kejagung Tegaskan Penyitaan dalam Kasus Korupsi Timah Bukan untuk Hentikan Eksplorasi yang Merugikan Masyarakat

5 hari lalu

Kejagung Tegaskan Penyitaan dalam Kasus Korupsi Timah Bukan untuk Hentikan Eksplorasi yang Merugikan Masyarakat

Kejagung menjelaskan kerugian kasus korupsi timah yang mencapai Rp 271 Triliun.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

5 hari lalu

Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

Asosiasi Pangusaha Indonesia atau Apindo merespons soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan dalam sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

6 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

7 hari lalu

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, investasi untuk mewujudkan transisi energi sangatlah besar.

Baca Selengkapnya

Kominfo Ungkap Kisaran Rencana Investasi Microsoft di Indonesia, Lebih dari Rp 14 Triliun?

7 hari lalu

Kominfo Ungkap Kisaran Rencana Investasi Microsoft di Indonesia, Lebih dari Rp 14 Triliun?

Menkominfo Budi Arie mengungkap Microsoft akan menggelontorkan investasi dengan nilai yang cukup besar di Tanah Air. Berapa nilainya?

Baca Selengkapnya