Warga NTB Keluhkan Tingginya Harga Tiket Penerbangan di Lombok
Reporter
Supriyantho Khafid (Kontributor)
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 2 Agustus 2018 16:36 WIB
TEMPO.CO, Mataram -Warga Nusa Tenggara Barat atau NTB mengeluhkan tingginya harga tiket penerbangan dari Lombok ke luar daerah. Tidak hanya ke Jakarta saja tetapi juga penerbangan langsung dari ke Surabaya atau ke Denpasar. Kalau semula menggunakan low cost carrier ticket ke Jakarta bisa Rp 600 ribu tetapi sekarang ini tidak ada lagi harga promo karena catatannya habis terjual.
BACA: Garuda Indonesia Tebar Diskon Tiket Hingga Rp 2 Juta Selama Puasa
Seorang dosen perguruan tinggi negeri di Mataram yang tidak bersedia disebut namanya mengaku terpaksa menumpang bus malam dari Surabaya untuk pulang ke Lombok. ''Selama dua hari saya menunggu dapat tiket tidak berhasil,'' ujarnya. Kesulitan tingginya harga tiket penerbangan tersebut dirasakan sejak sebulan terakhir ini.
Diduga, tingginya harga ticket penerbangan akibat semakin melonjaknya kunjungan wisatawan yang berlibur dan melakukan perjalanan wisata MICE atau meeting incentive convention exhibition. Seorang warga kota Mataram Surapati kepada Tempo mengaku hendak ke Jakarta, pada Sabtu 4 Agustus 2018. Padahal, ia sudah mencoba membelinya sejak sepekan terakhir. ''Harganya mulai dari Rp1,6 juta di Lion Air dan Rp 1,9 juta di Garuda,'' katanya.
Sewaktu dihubungi melalui pesan whatsapp, Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Bayu Windya yang sedang di Jakarta membenarkan kalau harga tiket dari Lombok semakin tinggi. ''Walaupun perjalanan dinas, tapi saya tetap menggerutu pak. Merasakan pengguna pesawat yang harus bayar mahal dengan uang sendiri,'' ucapnya kepada Tempo. Kamis 2 Agustus 2018, ia terbang ke Jakarta menggunakan Garuda seharga Rp 1,9 juta.
BACA: Tiket ke Jepang Rp 2,7 Juta di Garuda Travel Fair
Menurutnya, ia akan menyampaikan kondisi tersebut di Kementerian Perhubungan. Katanya, kewenangan pemerintah daerah di sektor perhubungan udara tidak banyak. Selain koordinasi dan pengaturan tata ruang dan aksesibilitas di sisi darat atau land side tidak ada kewenangan sama sekali di air side. Tentang penambahan penerbangan, pendekatan yang digunakan lebih pada perhitungan kelayakan bisnis. Jika layak secara bisnis maka tambahan flight akan terjadi.
Asisten Ekonomi Pembangunan Sekretaris Daerah NTB Chairul Mahsul mengatakan memang ada batas atas dan batas bawah harga tiket pesawat yang ditentukan Menteri Perhubungan Harus diupayakan banyak perusahaan airlines yang buka jalur dari dan ke Lombok. ''Supaya harga bisa lebih kompetitif,'' katanya.<!--more-->
Selama ini maskapai penerbangan yang membuka jalur Lombok - Denpasar, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Semarang, Banjarmasin, Makassar dan Jakarta adalah Garuda, Lion Air, Wings, dan terakhir NAM Air. Chairul Mahsul mengusulkan perusahaan airlines yang sudah buka jalur dari dan ke Lombok juga bisa tambah frekwensi per hari sehingga harga tiket bisa wajar. ''Sekarang memang termasuk tinggi dari Jakarta ke Lombok jika dibandingkan dengan harga tiket Jakarta - Denpasar,'' ucapnya.
Chairul Mahsul menyebutkan statistik penumpang pesawat dari dan ke Lombok sangat signifikan peningkatannya. Itu juga bisa dilihat dari data penumpang naik dan turun di Lombok International Airport (LIA). ''Harusnya jadi pertimbangan perusahaan airlines untuk buka jalur dari dan ke Lombok,'' ujarnya. Ia bersyukur adanya maskapai baru NAM Air yang sudah buka jalur ke Bima dan Denpasar dari Lombok.
General Manager Garuda di Lombok Mochamad Yansverio menjelaskan bahwa Garuda sudah menambah frekuensi penerbangannya ke Lombok. Selain dari Jakarta, juga ada penerbangan dari Surabaya dan Denpasar. ''Industri MICE tumbuh di Lombok. Bisa dicek hunian hotel berbintang 3 dan 4 meningkat,'' ucapnya:
Airport Manager Lion Air di Lombok International Airport Iman Santoso W mengatakan bahwa harga ticket sudah sesuai atura batas bawah dan batas atas. ''Dan selalu ada pengawasan,'' katanya yang menyebutkan kondisi permintaan penumpang masih normal. Tingkat isian penerbangan juga 70-80 persen kecuali Denpasar yang mencapai 90-100 persen.
Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin yang banyak terlibat penanganan pariwisata NTB mengakui tingginya hunian kamar hotel berbintang hingga lebih 80 persen. Ini terbaik di Indonesia. Ia mengapresiasi tingginya kunjungan wisatawan dikaitkan dengan target kunjungan empat juta wisatawan - setengahnya wisatawan mancanegara yang bisa menyumbang 10 persen kunjungan pariwisata nasional. ''Berdampak tingginya harga tiket, saya kira ini harus dikoordinasikan,'' ujarnya.