Investor Pertimbangkan Obligasi Daerah karena Semakin Likuid

Rabu, 18 Juli 2018 08:00 WIB

Selain dapat dibeli di pasar perdana, obligasi juga dapat diperjualbelikan di pasar sekunder dengan menggunakan harga dalam bentuk persentase.

TEMPO.CO, Jakarta - Niatan sejumlah pemerintah daerah untuk menerbitkan surat utang atau obligasi cukup menarik perhatian investor. Terlebih, di tengah keterbatasan instrumen investasi domestik saat ini, obligasi menjadi salah satu alternatif. “Peluangnya ada, karena semakin ke sini minat investasi ke obligasi juga meningkat, karena sekarang kan sifatnya sudah semakin likuid, walaupun pasar saham masih mendominasi,” ujar Ketua Komunitas Investor Saham Pemula Frisca Devi Choirina, kepada Tempo, Selasa 17 Juli 2018.

Frisca menuturkan jika diamati investor yang berminat pada obligasi kini masih didominasi oleh kalangan menengah ke atas. Hal itu diduga disebabkan oleh nilai investasi yang harus dikeluarkan masih belum sepenuhnya terjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. “Harganya walaupun yang ritel termurahnya juga masih dalam kisaran jutaan, belum seperti saham yang lebih ritel, walaupun sama-sama pasar modal,” katanya.

Sehingga, meskipun potensial, instrumen obligasi khususnya yang akan diterbitkan oleh pemerintah daerah diprediksi akan menghadapi tantangan yang tak mudah. “Kami masih belum optimistis sejauh ini, masih ragu karena secara global di kota-kota besar saja dia belum terlalu common, cakupannya belum terbesar, sehingga kalau daerah sepertinya masih asing,” ujarnya. Menurut dia, masih dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang obligasi daerah.

Simak: PLN Terbitkan Obligasi Global USD 2 Miliar

Frisca berujar sebagai investor hal terpenting yang diperhatikan ketika menentukan instrumen investasi adalah imbal hasil (yield) atau nilai kupon yang ditawarkan. “Kalau memang kupon dan harga belinya worth it pasti investor tertarik membeli, tapi kalau dibandingkan deposito misalnya beda tipis ya buat apa,” ucapnya.

Advertising
Advertising

Dia pun menekankan preferensi investor tentang tenor obligasi yang variatif. Adapun range besaran yield obligasi baik pemerintah maupun korporasi saat ini berada di kisaran 6-15 persen. “Karena penerbitnya pemerintah, walaupun pemda ya tetap jadi keuntungan juga karena biasanya investor lebih merasa aman dibandingkan korporasi atau swasta.”

Namun, sebagai catatan yang tak kalah penting bagi investor adalah kredibilitas dan kapabilitas pemda tersebut untuk mengelola obligasi itu nantinya. “Kinerja keuangan dari pihak yang mengeluarkan obligasi ini harus diamati, karena khawatirnya ada kasus gagal bayar,” kata Frisca. Sejumlah daerah yang telah menyatakan minatnya di antaranya adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fakhri Hilmi sepakat jika potensi dana yang dapat dihimpun dari penerbitan obligasi daerah akan besar. Sebelumnya, diperkirakan potensinya disebut bisa mencapai Rp 20 triliun. “Potensinya besar, tapi untuk pastinya berapa yang menghitung Pemda yang bersangkutan,” ujarnya. Untuk itu, lembaganya juga terus berupaya mendorong daerah untuk segera merealisasikannya. “Kami mendukung penuh dari sisi pelatihan, sosialisasi, hingga pendampingan,” katanya.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan semakin banyak pilihan instrumen investasi di pasar akan semakin bagus. Karena, setiap investor memiliki tipe, tujuan, dan preferensi yang berbeda. Obligasi daerah khususnya yang dapat bersifat jangka panjang karena peruntukannya sebagai pembiayaan infrastruktur, akan menjadi opsi lain untuk investor menengah panjang, yang sebelumnya bermain di dana pensiun atau asuransi. “Untuk investor tentukan akan diukur return yang ditawarkan, dan tingkat risikonya seperti apa sebelum mereka memutuskan untuk berinvestasi,” ucapnya.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menuturkan obligasi daerah di satu sisi juga dapat berdampak positif mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, latar belakang penerbitan obligasi ini utamanya karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tak bisa membiayai seluruh kebutuhan dana infrastruktur. “Asalkan penggunaan obligasi daerah ini sesuai dengan tujuannya, pertama harus dilihat apa dulu kebutuhannya, punya ide kreatif apa untuk mendorong perekonomian di sana,” katanya.

Dia pun tetap mengingatkan pemda untuk berhati-hati dalam mengelola dana yang ada. “Karena bisa saja menyebabkan utang daerah jadi berlebihan, kinerjanya kurang sehat nanti dalam pengelolaan APBD, tapi sejauh ini kinerja keuangan daerah yang berminat cukup bagus,” ucapnya.

GHOIDA RAHMAH | VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Berkas Kasus Bendesa Adat Bali Diduga Peras Pengusaha Rp10 Miliar Dilimpahkan ke Pengadilan

10 jam lalu

Berkas Kasus Bendesa Adat Bali Diduga Peras Pengusaha Rp10 Miliar Dilimpahkan ke Pengadilan

Bendesa Adat Berawa Ketut Riana diduga memeras pengusaha yang membutuhkan rekomendasi perizinan investasi

Baca Selengkapnya

Pencabutan Izin Usaha Paytren Dinilai Menyelamatkan Lebih Banyak Calon Investor

1 hari lalu

Pencabutan Izin Usaha Paytren Dinilai Menyelamatkan Lebih Banyak Calon Investor

Ekonom Nailul Huda menilai langkah OJK mencabut izin PT Paytren Manajemen Investasi sudah tepat.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Modal Utama Membangun IKN dari Dalam Negeri, Beda Strategi dengan Jokowi?

2 hari lalu

Prabowo Sebut Modal Utama Membangun IKN dari Dalam Negeri, Beda Strategi dengan Jokowi?

Presiden terpilih Prabowo menilai modal utama untuk memindahkan dan membangun IKN harus dari sumber daya yang ada di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

3 hari lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM Buka Lelang 5 Wilayah Kerja Migas pada 2024

4 hari lalu

Kementerian ESDM Buka Lelang 5 Wilayah Kerja Migas pada 2024

Kementerian ESDM membuka penawaran sebanyak lima wilayah kerja minyak dan gas (migas) pada lelang Wilayah Kerja (WK) Migas Tahap I Tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Analis Perkirakan Harga Emas Terus Naik, Investor Diminta Tahan Dulu

7 hari lalu

Analis Perkirakan Harga Emas Terus Naik, Investor Diminta Tahan Dulu

Analis komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan kenaikan harga emas Antam mengikuti tren harga emas dunia.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Periksa Tujuh Saksi soal Dugaan Bendesa Adat Peras Investor

10 hari lalu

Kejati Bali Periksa Tujuh Saksi soal Dugaan Bendesa Adat Peras Investor

Seorang Bendesa Adat di Bali ditangkap Kejaksaan atas dugaan pemerasan terhadap investor

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

10 hari lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

10 hari lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

11 hari lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya