BCA Naikkan Suku Bunga Deposito 0,75 Persen

Kamis, 5 Juli 2018 10:33 WIB

TEMPO/Dinul Mubarok

TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA memberlakukan sejumlah tarif baru untuk suku bunga deposito dan suku bunga kredit secara bertahap sejak April 2018. Sekretaris Perusahaan BCA, Jan Hendra, mengatakan, sepanjang periode April-Juni 2018, perseroan telah melakukan peningkatan suku bunga deposito senilai 75 basis poin atau 0,75 persen.

Perubahan tersebut membuat bunga deposito dalam rupiah di BCA berada di kisaran 4,75 - 5,25 persen tergantung tenor. “Khususnya, pada Juni 2018 kenaikannya sebesar 0,25 persen,” kata Jan, Rabu, 4 Juli 2018.

Baca: BCA Setor Tunai Rp 3,17 Triliun ke BI, Uang Diangkut 27 Truk

Jan menjelaskan, sejak 2 Juli 2018 lalu, BCA telah melakukan penyesuaian suku bunga deposito dalam USD senilai 0,25 - 0,5 persen sesuai tenor dan besaran simpanan. Kenaikan tersebut mengikuti kenaikan Fed Fund Rate maupun suku bunga penjaminan dari Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). “Dengan kenaikan tersebut, suku bunga deposito dalam dolar AS berada di kisaran 0,95 - 1,25 persen untuk berbagai tenor,” ujarnya.

Dari situs resminya diketahui per 30 Juni BCA juga memberlakukan suku bunga dasar kredit (SBDK) baru. Namun, Jan menerangkan tidak ada penyesuaian dalam tarif baru tersebut. Suku bunga kredit korporasi, retail, dan kredit pemilikan rumah (KPR) dan Non KPR tercatat senilai 9,75 persen, 9,9 persen, 9,9 persen dan 7,47 persen.

Advertising
Advertising

Baca: Beredar Surat Pemblokiran Rekening, Ini Penjelasan BCA

Sebelumnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI bersikap lebih hati-hati memantau persaingan di industri perbankan dalam hal penetapan suku bunga deposito. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan pihaknya masih perlu waktu untuk melihat dampak perubahan suku bunga acuan guna memastikan bank perlu melakukan penyesuaian suku bunga atau tidak.

Setidaknya, tutur Baiquni, ada dua hal yang menjadi pertimbangan. Pertama, perubahan cost of fund atau biaya dana yang akan ditanggung bank tersebut. Kedua, kondisi likuiditas BNI.

BNI juga menjadikan persaingan di pasar sebagai acuan untuk melakukan penyesuaian suku bunga atau tidak. “Kalau kami melihat kondisi likuiditas BNI mepet dan pesaing mulai menaik-naikkan (suku bunga), di situ kami mulai menaikkan juga. Perlu waktu satu-dua bulan, tapi bisa lebih cepat lagi, bergantung pada kondisi pasarnya,” ucapnya beberapa waktu lalu.

BISNIS

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

7 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

BCA Luncurkan Bukti Bakti BCA, Nicholas Saputra Menjadi Duta

3 hari lalu

BCA Luncurkan Bukti Bakti BCA, Nicholas Saputra Menjadi Duta

PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) meluncurkan Bukti Bakti BCA untuk program sosial dan lingkungan. Nicholas Saputra menjadi duta.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

3 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

4 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

4 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya