Komisi IV DPR: Pemerintah Perlu Lindungi Industri Padat Karya

Reporter

Tempo.co

Editor

Ariandono

Kamis, 28 Juni 2018 02:45 WIB

Petani menata buah kelapa sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, OKI, Sumatera Selatan, Minggu (4/12). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan ekonomi Indonesia dinilai emosional. Akibatnya, kebijakan lebih berpihak pada calon investor dan usaha-usaha dengan serapan tenaga kerja rendah.

Anggota DPR RI dari Komisi IV, Fraksi Partai Golkar, Firman Subagyo mengatakan, investasi memang penting bagi perekonomian. Namun kebijakan di Indonesia sekarang hanya memacu investasi tanpa mempertahankan industri yang sudah ada.

“Cepat atau lambat, ini bisa merusak perekonomian,” kata Firman, Rabu 27 Juni 2018.

Ia mengatakan, industri-industri penyerap tenaga kerja banyak justru tidak mendapat perlindungan memadai. Akibatnya, pelaku di industri itu satu per satu gulung tikar. Sementara industri yang tidak jelas kontribusinya dan rendah serapan tenaga kerjanya malah mendapat aneka fasilitas.

Ia mencontohkan sawit dan tembakau yang jelas memberikan Rp 500 triliun pada pendapatan negara dan menyerap jutaan pekerja. Tidak sekedar menyerap pekerja, kedua sektor itu bisa menampung para pekerja berpendidikan dan berketerampilan rendah.

Advertising
Advertising

Sayangnya, industri pada kedua sektor itu terus ditekan oleh berbagai kebijakan. Menurut dia, salah satu unsur penekan adalah pelaku industri yang amat sedikit kontribusinya pada pendapatan negara dan rendah serapan tenaga kerjanya.

Investasi baru pun tidak bisa diandalkan. Calon-calon investor hanya menanamkan modal pada industri-industri yang membutuhkan tenaga kerja berketerampilan dan berpendidikan tinggi. Akibatnya, investasi baru tidak bisa dinikmati secara merata dan meluas oleh masyarakat.

Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Golkar lainnya Eka Sastra, mengatakan, upaya pemerintah memperbaiki iklim investasi patut diapresiasi. Meskipun demikian, ada sejumlah catatan terkait upaya itu.

Salah satunya soal memeratakan manfaat pertumbuhan untuk mengurangi ketimpangan. Ia mengapresiasi terobosan Kementerian Perindustrian soal pendidikan vokasi.

Meski bukan bidangnya, Kementerian Perindustrian mengucurkan ratusan miliar rupiah untuk pendidikan vokasi. Dengan demikian, keterampilan calon pekerja perlu ditingkatkan.

Namun, ia mengingatkan, hal itu hanya salah satu faktor. Pemerintah perlu bekerja lebih keras untuk mencegah deindustrialisasi yang sudah terjadi sejak pertengahan dekade 90-an.

Kemerosotan industri antara lain bisa dilihat di Batam, daerah yang dirancang menjadi salah satu pusat industri. Setiap tahun, paling sedikit satu pabrik berhenti beroperasi di berbagai kawasan industri.

Di luar kawasan industri, kemerosotan terlihat pada sektor galangan kapal. Dari 110 galangan dengan 250.000 tenaga kerja pada 2014, kini hanya lima galangan aktif dengan total pekerja tidak sampai 22.000 orang.

Berita terkait

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

1 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

2 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

2 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

2 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

3 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

3 hari lalu

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

Rumah yang menjadi tempat industri narkoba ini terdiri atas dua lantai, dengan cat berwarna kuning keemasan.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

3 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

4 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya