Agar Rupiah Kuat, BI Diharapkan Naikkan Suku Bunga Ketiga Kali

Senin, 25 Juni 2018 06:00 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, 30 Mei 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih bergejolak di dua hari pasca libur panjang lebaran. Pada Jumat pekan lalu, kurs tengah rupiah JISDOR ditutup berada di level 14.102 per dolar AS. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kondisi tersebut merupakan hal yang wajar.

"Karena seharusnya pasar sudah mulai bergejolak ketika Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan bunga pertengahan bulan ini, tapi emosi pasar teredam akibat libur lebaran," ujarnya, kepada Tempo, Ahad 24 Juni 2018.

Baca: Bank Indonesia Jelaskan Alur Penguatan Rupiah

Piter menuturkan hal itu menyebabkan tekanan jual baru terjadi ketika pasar perdagangan kembali dibuka. Di satu sisi, dia menilai gejolak pasar tersebut juga memberikan sinyal kepada Bank Indonesja. "Gejolak itu bentuk sinyal pasar kepada BI untuk menaikkan bunga segera, kalau pasar nggak gejolak BI bisa saja salah membaca sinyal nanti," ucapnya. Bank Indonesia pun diprediksi akan kembali menaikkan bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate pada rapat dewan gubernur (RDG) 28 Juni nanti.

Menjelang kenaikan tersebut, Piter mengatakan nilai tukar rupiah kemungkinan besar masih akan terus bergejolak di sekitar level 14.000 per dolar AS, seiring dengan tingginya tingkat ekspektasi pasar terhadap kenaikan bunga. "Setelah dinaikkan 25 basis poin (bps) saja itu sudah cukup dan bisa membuat rupiah menguat di kisaran 13.800-13.900 per dolar AS), karena memang kenaikan itu yang dikehendaki pasar," ujarnya.

Advertising
Advertising

Baca: Rupiah ke Level 14.200, Ini Penjelasan Gubernur Bank Indonesia

Sepanjang paruh pertama tahun ini, The Fed telah menaikkan bunganya sebanyak 50 bps, begitu pula dengan Bank Indonesia. "Kalau kita naikkan sekali lagi jadi 75 bps itu sudah lebih dari cukup untuk tahun ini," katanya. Piter meyakini bank sentral ke depan tak akan lagi menunda kenaikan suku bunga, bercermin dari pengalaman kondisi beberapa bulan terakhir. Rupiah jauh melemah karena antisipasi kenaikan bunga bank sentral yang terlambat. "Mei kemarin kenaikan pertama bunga acuan kan pasar expect 50 bps tapi ternyata hanya naik 25 bps, jadi kondisi ini menjadi pelajaran berharga bagi BI."

Selain akan bertindak lebih lugas dalam mengambil keputusan di tengah ketidakpastian pasar, Bank Indonesia juga akan terus melanjutkan bauran kebijakan lainnya, khususnya dari sisi makroprudensial untuk mengimbangi pengetatan moneter akibat kenaikan bunga. "Kebijakan bunga untuk stabilitas nilai tukar dan menjaga capital flow, lalu pelonggaran loan to value (LTV) dan giro wajib minimum (GWM) itu untuk menjaga likuiditas, ini keseimbangan yang patut diapresiasi," ucapnya. Adapun total dalam sepekan kemarin, nilai tukar rupiah tercatat terdepresiasi sebanyak 1,1 persen.

Baca: Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga, Ini Kata Bos BEI

Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan lembaganya telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Misalnya, dengan melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder sebanyak Rp 15 triliun (year to date) untuk menahan pelemahan rupiah. "Karena level Rupiah saat ini sedikit masih overshoot, istilahnya memang sedang mencari keseimbangan baru karena saat libur di luar ada banyak gejolak," katanya.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan tingkat pelemahan rupiah secara year to date sebesar 3,8 persen. "Ini tolerable kalau dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, jadi lihatnya jangan hanya dari satu hari kemarin saja," katanya. Dia menegaskan ke depan bank sentral akan terus mengupayakan langkah pre-emptive, tak terkecuali menaikkan suku bunga acuan lagi. Sehingga, nilai aset di pasar keuangan domestik tetap akan menarik. "Kami juga akan melakukan langkah stabilisasi secara langsung melalui dual intervention, dan menjaga likuiditas dalam negeri."

GHOIDA RAHMAH | CAESAR AKBAR

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

21 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya