Pengendara memperlambat laju kendaraannya saat melintasi ruas jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu, 13 Juni 2018. Memasuki H-2 hari raya Idul Fitri 1439 Hijriah, kendaraan pemudik yang melintasi ruas tol Cipali menuju Cirebon mengalami peningkatan. ANTARA/Risky Andrianto
TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menyebut kepadatan pada arus balik Lebaran tahun ini bisa lebih parah ketimbang pada arus mudik pekan ini. Sebab, berbeda dengan arus mudik yang ditunjang hari libur yang panjang, pada arus balik pilihan waktu warga lebih sedikit. Banyak warga masyarakat yang cenderung memilih balik ke kota besar, mendekati hari masuk kerja.
"Potensi macet jauh lebih besar karena hari masuknya berimpitan," ujar Ketua Harian YLKI Tulus Abadi kepada Tempo, Kamis, 14 Juni 2018.
Apalagi, Tulus melihat pada arus mudik pun masih ada antrean yang mengekor di jalan tol. Padahal, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan penambahan libur lebaran untuk memberikan lebih banyak pilihan waktu mudik kepada masyarakat.
"Dengan kata lain perpanjangan libur lebaran tak terlalu memberi efek. Mungkin hanya 30 persen pemudik yang memanfaatkan opsi mudik duluan untuk menghindari macet," kata Tulus. Berdasarkan pantauannya, kepadatan masih terjadi pada H-3 dan H-2 Lebaran. Bahkan dalam catatan YLKI, sempat terjadi kemacetan panjang dari pintu tol Cikarang Utama hingga Cawang sepanjang 28 kilometer.
Dihubungi terpisah, pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata Djoko Setijowarno memprediksikan tidak akan ada penumpukan pada arus balik nanti. Sebab, masyarakat dinilai sudah mempersiapkan waktu balik yang tepat agar tidak terjebak kemacetan.
"Pada arus balik ini tentunya mereka telah berpikir untuk tidak menumpuk-lah. Karena kalau menumpuk, warga akan rugi sendiri," ujar Djoko. "Kalau mudik nafsunya beda, lebih bergelora karena ingin bertemu sanak saudara."
Selain itu, menurut dia, para pemudik yang memilih balik mendekati hari masuk kerja biasanya adalah mereka yang bekerja di sektor formal. Sementara, para pemudik yang bekerja di sektor non-formal, seperti pedagang atau pekerja lepas, waktu arus baliknya lebih panjang dan lebih bebas. "Apalagi di Jawa kan ada yang namanya lebaran ketupat," kata Djoko. Berdasarkan berbagai faktor itu, dia melihat penumpukan itu tidak akan terjadi, walau potensinya tetap ada.
Senada dengan Djoko, peneliti dari Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang mengatakan walau waktu balik hanya sekitar tiga hari, atau lebih pendek ketimbang masa mudik, hal itu tidak akan menimbulkan masalah.
"Pengalaman dari lebaran tahun-tahun sebelumnya tidak bermasalah karena masih ada liburan anak-anak sekolah dan warga yang bekerja bisa mengajukan cuti tambahan," kata Deddy.
KAI Sebut Penjualan Tiket Kereta Kelas Suite Compartment dan Luxury Laris saat Libur Lebaran, Laku hingga 112 Persen
3 hari lalu
KAI Sebut Penjualan Tiket Kereta Kelas Suite Compartment dan Luxury Laris saat Libur Lebaran, Laku hingga 112 Persen
EVP of Corporate Secretary PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan penjualan tiket kereta api kelas Suite Class Compartment dan Luxury laris dibeli saat pelaksanaan angkutan masa Lebaran 2024.