Menjelang Lebaran, Omzet Penjualan di Tanah Abang Capai Rp 220 M
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 8 Juni 2018 18:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin menyebutkan nilai transaksi perdagangan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, tercatat naik 10-20 persen, khususnya menjelang Lebaran tahun ini. "Dari omzet rata-rata Rp 200 miliar per hari, menjelang Idul Fitri naik menjadi Rp 220 miliar per hari," ujarnya, Jumat, 8 Juni 2018.
Peningkatan omzet pedagang ini, menurut Arief, terjadi lantaran bertambahnya jumlah pengunjung sejak awal puasa hingga menjelang hari raya Idul Fitri. Meski begitu, kenaikan omzet tersebut terbilang tak terlalu signifikan.
Baca: Libur Lebaran, BNI Siagakan ATM Bergerak di Pelabuhan Gilimanuk
Pasalnya, pusat perbelanjaan tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut memang selalu ramai dikunjungi konsumen sepanjang tahun dan bukan hanya saat periode puasa-Lebaran. "Lonjakan transaksi jelang Lebaran memang tidak terlalu tinggi. Justru pengunjung membeludak. Konsumen yang datang enggak beli grosir, tetapi eceran," ucap Arief.
Lebih jauh, Arief menyebutkan jumlah pedagang yang berjualan di Blok G tidak bertambah. Dia memperkirakan ada sekitar 1.200 pedagang di kawasan tersebut. "1.200 pedagang ini terdiri atas 480 tempat usaha. Kami sedang mendata mereka untuk menyediakan tempat penampungan sementara (TPS) ketika Blok G direnovasi," ucapnya.
Baca: Menkes Ancam Potong Gaji Karyawan yang Mangkir Usai Libur Lebaran
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho mengatakan aktivitas konsumsi rumah tangga dipastikan meningkat menjelang hari raya Idul Fitri, terutama makanan-minuman, sandang, dan perjalanan. Selain karena kebutuhan musiman, aktivitas tersebut makin terdorong adanya tunjangan hari raya (THR).
Terlebih, menurut Trisno, THR tahun ini dibayarkan agak jauh dari hari raya. "Hal ini sedikit banyak meningkatkan aktivitas ekonomi di Jakarta," tuturnya beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Trisno memperkirakan dampak kenaikan aktivitas ekonomi di Jakarta tidak begitu besar. Pasalnya, Jakarta merupakan kota bagi pendatang, yang banyak melakukan mudik ke kampung halaman pada periode Lebaran.
Pengeluaran para pendatang, ia melanjutkan, justru banyak dilakukan di kampung halaman masing-masing. Di samping itu, adanya libur panjang Lebaran juga menurunkan aktivitas produksi dan distribusi. "Kegiatan ekspor-impor cukup banyak tertahan," katanya.