Data Rujukan Impor Beras Disebut Tidak Akurat

Kamis, 24 Mei 2018 07:30 WIB

Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah, Djoni Nur Ashari, menegaskan bahwa Jawa Tengah tidak mendistribusikan beras impor dari Vietnam dan Thailand untuk menurunkan harga beras yang melambung

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana akan mengimpor 500 ribu ton beras. Rencana tersebut kembali menimbulkan perbedaan pendapat. Kementerian Pertanian mengatakan hal tersebut tidak perlu dilakukan, mengingat stok beras nasional yang mencapai 1,2 juta ton dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai Lebaran nanti.

Namun, nyatanya di lapangan harga pasar beras medium justru melonjak dari Rp 9.450 menjadi Rp 11.700 per-kilo. Melihat itu, Kepala Penelitian Center of Indonesia Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan restriksi impor yang berlebihan terhadap beras tidak diikuti dengan adanya pembenahan rantai distribusi dan sinkronisasi data pangan.

"Padahal rantai distribusi sangat memengaruhi harga beras medium," kata Hizki dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 Mei 2018. Ia menilai panjangnya jalur distribusi menyebabkan harga beras tinggi dan merugikan beberapa pihak seperti petani dan pedagang eceran.

Simak: Beras Impor Dikhawatirkan Datang Saat Panen Raya

Beras, kata Hizki, harus melalui empat sampai enam titik distribusi sebelum sampai ke tangan distribusi. "Dalam setiap titik, margin laba terbesar dinikmati oleh para tengkulak, pemilk penggilingan padi, atau pedagang grosir," kata dia.

Advertising
Advertising

Hal inilah yang menjadi argumen CIPS yang mengatakan bahwa kebihakan Harga Eceran Tertinggi (HET) tidak efektif. Kebijakan ini, menurut Hizki, memaksa para pedagang eceran untuk menurunkan harga jual beras.

"Kebijakan ini membuat mereka rugi karena mereka membeli beras dengan harga yang lebih mahal dari HET dari para pedagang besarm" ucap Hizki.

Ia menyarankan agar data pangan harus bersumber dari satu pihak yang akurat dan diperbahurui secara berkala. Hal tersebut, kata Hizki, sangat penting untuk menentukan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. Data pangan juga berfungsi guna mengukur produktifitas pangan dan mengidentifikasi daerah penghasil komoditas pangan serta mengetahui kondisi petani.

"Kalau pemerintah hanya mengandalkan data untuk pengambilan kebijakan impor (beras), maka secara logika hal ini sudah gugur karena data pemerintah sendiri tidak akurat," kata Hizki.

Berita terkait

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

6 hari lalu

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

6 hari lalu

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

7 hari lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

8 hari lalu

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

10 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

11 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

19 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

22 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

Ratusan Kilogram Beras dan Minyak Goreng Ditemukan di Jalur Tikus Indonesia-Malaysia

33 hari lalu

Ratusan Kilogram Beras dan Minyak Goreng Ditemukan di Jalur Tikus Indonesia-Malaysia

Badan Karantina di Pos Lintas Batas Negara Entikong menemukan ratusan kilogram beras dan minyak goreng di jalur tikus perbatasan RI-Malaysia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

36 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya