Saham Anjlok, Nasib Portofolio Investasi BPJS Ketenagakerjaan?
Reporter
Zara Amelia
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 10 Mei 2018 18:56 WIB
TEMPO.CO, JAKARTA - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan, sebagai pengelola dana jaminan sosial ketenagakerjaan, siap menghadapi anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG). Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan Amran Nasution mengatakan pihaknya telah menyiapkan strategi untuk menghadapi gejolak pasar saham tersebut.
Amran mengatakan strategi yang diterapkan BPJS Ketenagakerjaan untuk menghadapi gejolak bursa itu antara lain melakukan diversifikasi portofolio, khususnya pada instrumen yang terkena dampak paling minimal atau mendapatkan untung dengan kondisi pasar saat ini.
“Harapannya, Bank Indonesia akan meningkatkan suku bunga acuan, yang akan berdampak positif pada instrumen pendapatan tetap, yaitu surat utang dan deposito, sehingga akan memberikan yield yang lebih menarik,” katanya melalui keterangan tertulis pada Kamis, 10 Mei 2018. Amran berujar 71 persen portofolio BPJS Ketenagakerjaan ditempatkan pada surat utang dan deposito, yang mempunyai dampak minimal terhadap gejolak IHSG.
Simak: BPJS Ketenagakerjaan Bantah Buka Lowongan Kerja
Kondisi pasar modal saat ini tengah mengalami gejolak. IHSG telah turun 5,68 persen sejak awal tahun.
Menurut Amran, dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan per 31 Maret 2018 memang mencapai Rp 321,19 triliun atau tumbuh 1,23 persen dari posisi 31 Desember 2017. Bahkan pihaknya juga memproyeksikan pertumbuhan dana kelolaan per Maret 2018 dapat mencapai Rp 327 triliun jika kondisi pasar modal saat ini tumbuh positif. Namun gejolak saham menyebabkan BPJS Ketenagakerjaan kehilangan kesempatan penambahan dana kelolaan.
Untuk mengatasinya, Amran juga mengatakan akan terus menjaga portofolio pendapatan agar tetap sesuai dengan kebutuhan likuiditas dan liabilitas setiap program yang dikelola.
“Portofolio pendapatan tetap yang sebesar 71 persen tersebut merupakan core portfolio,” ucap Amran.
Amran juga menjelaskan, tidak menutup kemungkinan pihaknya menjalankan strategi building (portofolio) pada saham-saham yang mengalami penurunan harga, tapi memiliki fundamental yang bagus. “Kami pasti mempertimbangkan pembelian saham dengan valuasi yang menarik, namun tetap menekankan pada kelayakan fundamental, potensi pertumbuhan jangka panjang, dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dan governance,” ucapnya.
Amran mengatakan pasar modal Indonesia pada masa lalu juga pernah mengalami gejolak, tapi BPJS Ketenagakerjaan dapat menghadapinya karena portofolio dengan prospek jangka panjang yang baik. Hal itu juga didukung dengan kondisi fundamental Indonesia yang masih positif. Sehingga diharapkan tidak butuh waktu yang lama bagi pasar modal untuk kembali pulih.
“Kondisi market tidak dapat kita duga, tinggal bagaimana investor memanfaatkan momentum. Kami optimis kondisi ini akan membaik, IHSG akan kembali menguat karena kondisi fundamental Indonesia yang masih sangat baik. Marilah kita menjaga dan mendukung percepatan pemulihan pasar modal secara bersama-sama,” tutur Amran.