Soal Pelemahan Rupiah, BI Nyatakan Sudah Intervensi
Reporter
Antara
Editor
Martha Warta
Selasa, 24 April 2018 06:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengaku telah melakukan intervensi pasar dengan dosis yang cukup besar untuk menjaga stabilisasi rupiah, dan menjamin akan menjaga nilai mata uang "Garuda" sesuai fundamentalnya. "Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamentalnya," kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Senin malam, 23 April 2018.
Agus mengatakan sejak Jumat (21/4) pekan lalu hingga Senin (24/4) tekanan terhadap rupiah terus timbul karena berlanjutnya penguatan dolar AS terhadap mata uang negara-negara di dunia. Penguatan "Greenback" dipicu meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS, US treasury bills, yang mendekati level psikologis tiga persen dan kembal mengemukanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve lebih dari tiga kali selama 2018.
Baca: Rupiah Terus Melemah, Ekonom Sebut 5 Faktor Penyebabnya
Imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat karena optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS yang membaik dan juga perkembangan perang dagang antara AS dan Cina. "Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah (IDR) sesuai fundamentalnya, Bank Indonesia telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar Surat Berharga Negara dalam jumlah cukup besar," ujar Agus.
Dengan stabilisasi itu, kata Agus, pelemahan rupiah pada Senin (24/4) sebenarnya tertahan dibanding Jumat (21/4). Pada Senin (24/4), kurs rupiah melemah 0,12 persen, lebih baik dibanding Jumat akhir pekan lalu yang terperosok hingga 0,70 persen.
"Rupiah pada hari Senin (24/4) hanya melemah 0,12 persen, lebih rendah daripada depresiasi yang terjadi pada mata uang negara-negara 'emerging market' dan Asia lainnya, seperti Peso Filipina -0,32 persen, India -0,56 persen, Bath Thailand 0,57 persen, dan Rand Afrika Selatan yang melemah 1,06 persen," ujar dia.
Agus mengatakan Bank Sentral akan terus mengawasi dan mewaspadai risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah, baik yg dipicu oleh gejolak global seperti dampak kenaikan suku bunga AS, perang dagang AS-Cina, dan kenaikan harga minyak dunia. Kemudian juga tekanan dari ekonomi domestik karena kenaikan permintaan valas oleh korporasi domestik untuk membayar impor, utang luar negeri, dan dividen yang cenderung meningkat pada triwulan II 2018.
Pada Senin, 23 April 2018, rupiah kembali melemah dan menyentuh level psikologis di Rp13.900 per dolar AS. Pada Senin sore, rupiah yang ditransaksikan antarbank menembus Rp13.943 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.863 per dolar AS.