Era Pembayaran Digital, Bank Indonesia Waspada Ancaman Ini

Senin, 23 April 2018 15:26 WIB

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo memberi sambutan saat peresmian Samsat Digital di Polda Metro Jaya, Jakarta, 26 Maret 2018. Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Bank DKI dan Pemprov DKI Jakarta serta Jasa Raharja meresmikan pelayanan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) digital dan pembayaran non tunai. Tempo/Fakhri Hermansyah

TEMPO.CO, JAKARTA - Bank Indonesia mempersiapkan kehadiran era revolusi digital 4.0 di Indonesia yang turut mempopulerkan pembayaran digital. Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng memastikan revolusi digital 4.0 akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kita pastikan dia (revolusi digital 4.0) bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional dengan mengoptimalkan inovasi untuk meningkatkan terutama entrepreneurship dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," kata Sugeng melalui suratnya yang dibacakan Kepala Departemen Kebijakan Asisten Pembayaran BI Onny Wijanarko di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Senin, 23 April 2018. Manfaat lain, kata Sugeng, adalah meningkatkan stabilitas dan imunitas ekonomi nasional.

Simak: Bank Indonesia Kaji Penerbitan Mata Uang Digital

Meski begitu, Sugeng juga mengingatkan ancaman yang akan muncul seiring dengan maraknya pembayaran digital seperti Bitcoin. Di antaranya isu privasi, money laundering atau praktik pencucian uang, hingga ancaman negara lewat pembiayaan terorisme.

Untuk menghindarinya, Sugeng mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengkaji penerbitan mata uang digital (central bank currency). Mata uang digital tersebut nantinya menjadi standar yang telah ditetapkan pemerintah.

Advertising
Advertising

"Kami butuh mengkaji lebih mendalam sebelum digunakan di masyarakat luas untuk memastikan perlindungan konsumen, keamanan transaksi, dan isu data privasi," kata Sugeng.

Bank Indonesia mencatat industri 4.0 di Indonesia akan dimulai dengan pengembangan lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik. Airlangga menuturkan sektor tersebut dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

9 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya