Menteri Pariwisata Arief Yahya saat menghadiri Regional Investment Forum yang digelar Badan Kerjasama Penanaman Modal di Yogyakarta Rabu (14/3). Arief mengatakan sektor pariwisata dan lifestyle sedang panen besar akibat perubahan sektor bisnis ke sektor jasa.(PRIBADI WICAKSONO/TEMPO)
TEMPO.CO, Pangkapinang - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengomentaro soal Survei Global Muslim Travel Index (GMTI) yang menyebutkan Indonesia kalah dari Malaysia dalam peringkat wisata halal.
"Kalau ditanya mengapa Indonesia masih di bawah Malaysia, kamu (wartawan) jangan memanas-manasi saya," ujar Arief sambil tertawa kepada wartawan setelah peninjauan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Gunung di Pantai Pan Semujur Bangka Tengah, Jumat, 13 April 2018.
Survei GMTI menyebutkan Indonesia saat ini masih menduduki peringkat 2 dunia untuk kategori wisata halal. Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang menduduki peringkat satu dunia 8 kali berturut-turut.
Meski peringkat Indonesia terus naik beberapa tahun terakhir, hal tersebut menjadi perhatian bagi Kementerian Pariwisata mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Menurut Arief, ada empat kriteria dari GMTI yang bisa dipenuhi Malaysia sehingga bisa menduduki peringkat satu dunia: access, communication, environment, dan services. Sementara Indonesia masih terkendala untuk aspek communication.
"Menjadi peringkat satu itu bagi kita tidak mudah. Harus saya akui kita lemah di bahasa. Saya tidak mungkin mentransformasikan orang Indonesia tiba-tiba bagus di bahasa Inggris," ujar dia.
Arief menuturkan dalam empat tahun terakhir peringkat Indonesia semakin membaik untuk wisata halal, dimana pada 2015 Indonesia menduduki peringkat 6 dunia, 2016 peringkat 4 dunia, 2017 peringkat 3 dunia, dan di 2018 berhasil ke posisi 2 dunia. Sedangkan Malaysia delapan tahun berturut-turut menduduki posisi satu.