Kementerian Keuangan: Utang adalah Efek Kebutuhan

Kamis, 29 Maret 2018 06:45 WIB

Bank Indonesia Pastikan Utang Pemerintah Aman

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan menganggap wajar atas meningkatnya utang luar negeri Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Sebab, Indonesia tengah memiliki kebutuhan untuk menggencarkan pembangunan infrastruktur.

“Kita perlu lihat bahwa utang ini sebenarnya efek dari kebutuhan. Jadi kalau utangnya besar, kebutuhannya besar. Jadi kalau utangnya besar, kebutuhannya besar,” ucap Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Scenaider Clasein Hasudungan Siahaan kepada Tempo di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 26 Maret 2018.

Simak: 4 Negara Tersandera Pinjaman dari Cina, Berapa Utang Indonesia?

Menurut Scenaider, selain pembangunan infrastruktur, utang luar negeri juga dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti kualitas Pendidikan dan kesehatan. Dia juga berujar bahwa pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat mendesak untuk dilakukan sekarang. Sebab, sebanyak 74 persen masyarakat Indonesia adalah usia produktif, yakni 15 sampai 60 tahun.

Utang negara, kata Scenaider, berfungsi sebagai dongkrak agar lebih banyak kebutuhan dapat terpenuhi. “Jadi kalau kita bisa bangun sepuluh sekolah, dengan utang kita bisa mungkin bangun 50 sekolah,” ucap Scenaider.

Advertising
Advertising

Scenaider mengatakan, pemerintah bisa saja tidak berhutang untuk rencana pembangunan dan kesejahteraan masyarakat tersebut. Namun, nantinya pemerintah harus memotong anggaran belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) demi memenuhi kebutuhan tersebut.

“Jadi lihat big picture utang adalah efek kebutuhan. Itu akan tercermin dalam perkembangan ekonomi kita, kesejahteraan, Pendidikan,” ucap Scenaider.

Pada 2015, nilai Produk Domestik Bruto Indonesia yang sebesar Rp 11.526 triliun meningkat menjadi Rp 12.406 triliun pada 2016. Angka itu kembali meningkat pada 2017 sebesar Rp 13.588 triliun. Rata-rata PDB tersebut meningkat 8,74 persen secara tahunan (yoy).

Namun, meningkatnya PDB Indonesia turut dibarengo oleh tumbuhnya utang Pemerintah. Total utang pemerintah pada 2015 mencapai Rp 3.165 triliun, yang meningkat menjadi Rp 3.515 triliun di 2016 dan Rp 3.938 triliun pada 2017. Angka ini rata-data tumbuh 14,81 persens (yoy).

Sementara, pada Februari 2018, utang pemerintah mencapai Rp 4.034,8 triliun. Angka itu naik 13,46 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3.556 triliun. Pada APBN 2018, total utang Pemerintah mencapai 4.772 triliun.

Saat ini, utang pemerintah bergantung pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp 3.257,26 triliun atau 80,73 persen dari total utang pemerintah. Penerbitan SBN tersebut mayoritas atau sekitar Rp 2.359,47 triliun diterbitkan dalam denominasi rupiah.

Berita terkait

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

6 jam lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

11 jam lalu

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

Ahsan Hariri, kontraktor pembangunan gedung baru Masjid Al Barkah di Cakung, Jakarta Timur, dikabarkan puunya banyak utang.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

13 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

1 hari lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

5 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

7 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

11 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

12 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

12 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

13 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya