Ini Alasan Memilih Saham Sektor Komoditas di 2018

Rabu, 7 Februari 2018 20:40 WIB

Seorang warga mengumpulkan batu bara di tembang batu bara Sun Meng di provinsi Heilongjiang, Cina, 23 Oktober 2015. Sebanyak 248.000 orang diberhentikan akibat lambatnya perekonomian di Cina yang berdampak besar pada perkerja batu bara. REUTERS/Jason Lee

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis menilai saham sektor komoditas masih akan menjadi salah satu sektor unggulan untuk jangka pendek tahun ini seiring proyeksi stabilnya harga komoditas dunia di level yang relatif tinggi.

Ari Pitojo, Chief Investment Officer Eastspring Investment Indonesia, mengatakan bahwa perekonomian dunia terus mengalami pemulihan setelah krisis ekonomi 2008 lalu. Tahun lalu menjadi tahun terbaik bagi perekonomian dunia dengan 75% negara dunia mengalami pertumbuhan ekonomi positif.

Menurutnya, saat ini negara-negara dunia relatif lebih percaya diri terhadap kinerja ekonomi global. Oleh karena itu, aktivitas manufaktur masih akan meningkat, demikian juga permintaan domestik baik di negara maju maupun berkembang.

Hal tersebut mendorong permintaan dan pemulihan harga komoditas global secara bertahap. Berdasarkan data Bloomberg, harga komoditas dunia seperti minyak, CPO, batu bara, timah, dan nikel sudah mencapai titik terendahnya pada periode pertengahan 2015 hingga awal 2016. Sejak itu, harga komoditas dunia terus meningkat.

“Dalam jangka pendek, sektor batu bara yang diuntungkan karena naik lebih cepat, itulah alasannya dalam dua bulan terakhir sektor batu bara mencatatkan pertumbuhan harga saham yang sangat baik,” katanya, Rabu 7 Februari 2018.

Advertising
Advertising

Simak: Pergerakan Saham Tak Wajar, BEI Keluarkan Aturan Baru

Ari mengatakan, harga komoditas batu bara dalam jangka pendek akan tetap tinggi, apalagi bila aktivitas ekonomi ikut meningkat.

Hal ini disebabkan karena meski permintaan dan harga meningkat, produsen batu bara tidak bisa serta merta manaikan kapasitas produksi sebab lembaga pembiayaan cukup hati-hati untuk menyalurkan pembiayaan akbiat trauma bangkrutnya sejumlah pemain di bisnis ini di masa lalu.

Tjandra Lienandjaja, Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, mengatakan bahwa pihaknya tidak banyak berharap harga komoditas dunia akan mengalami peningkatan yang signifikan lagi tahun ini.

Mandiri Sekuritas sembelumnya memberi proyeksi kinerja pertumbuhan laba rata-rata sektor komoditas tahun ini akan turun 4% dibandingkan tahun lalu, seiring proyeksi adanya koreksi terhadap harga komoditas. Padahal, pada 2017 lalu laba sektor komoditas diproyeksikan tumbuh 44% yoy.

“Harga mungkin akan turun karena ada kebijakan batasan produksi dari China karena mereka mencoba untuk kurangi penggunaan batu bara sehingga harga akan turun. Mungkin di second half akan ada koreksi harga komoditas,” katanya.

Tjandra memberi rekomendasi netral untuk saham sektor komoditas tahun ini, meskipun masih memberi rekomendasi beli atas emiten-emiten tertentu yang valuasinya masih murah, seperti PTBA, ITMG, dan HRUM.

BISNIS.COM

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

13 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

2 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

6 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

10 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

10 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

10 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

11 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

13 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

17 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya