Pengamat: Industri Mebel dan Kerajinan Saatnya Sasar Pasar Lokal

Reporter

Andita Rahma

Editor

Martha Warta

Rabu, 24 Januari 2018 20:28 WIB

Perajin mengecek frame kacamata kayu setengah jadi di industri rumahan di kawasan Jl. Lowokdoro, Kec. Sukun, Malang, Jawa Timur, 15 Mei 2016. Kacamata kayu ini dibuah dari limbah kayu industri mebel dan kamprat motor (cam chain). TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta-Industri mebel dan kerajinan merupakan salah satu industri yang diunggulkan dalam program pemerintah. Hanya saja, industri ini mengalami penurunan pada 2017.

Pengamat mebel dan industri Panangga S. Karim menuturkan, data terakhir pada 2016 menyebutkan ekspor industri hanya sebesar US$ 1,6 miliar, atau turun 20 persen dari 2012.

Baca: Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Advertising
Advertising

Diakui Angga, pasar ekspor kini cenderung merosot karena masih terbatasnya tujuan ekspor ke negara tradisional, seperti Amerika dan Eropa. Negara tradisional diketahui mengalami kelesuan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Sadar akan hal tersebut, pelaku industri kini sudah mengantipasi dengan menyasar negara non tradisional.

“Seperti Timur Tengah, Australia, Asia, dan Eropa Timur,” kata Angga di KAUM Restaurant, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Januari 2018.

Ia juga menilai industri mebel dan kerajinan sampai saat ini terlalu fokus ke pasar ekspor. Bukan ke pasar domestik. “Sudah saatnya industri ini berorientasi dalam ranah domestik,” ujar Angga.

Menurut dia, solusinya adalah pemerintah harus terus memperkenalkan produk mebel dalam negeri kepada masyarakat. Padahal sudah banyak hotel bintang lima yang menggunakan produk dalam negeri. Tetapi, hal tersebut belum diterapkan di kantor pemerintahan pusat dan daerah, serta BUMN.

Pemerintah seharusnya membuat satu aturan dimana pengadaan mebel baik di Kementerian atau BUMN menggunakan produk Indonesia. “Dibuat wajib,” ujar dia. Angga selama ini juga melihat, kantor pemerintah masih banyak yang menggunakan produk mebel luar negeri karena gengsi semata. Padahal, produk Indonesia memiliki kualitas yang sudah sangat baik.

Selain itu, pemerintah juga bisa menyediakan wadah seperti pameran. “Memberikan fasilitasi kepada mereka untuk bisa berjualan dan memperkenalkan produk Indonesia,” kata Angga.

Sebagai informasi, Indonesia pernah berada di peringkat kedua setelah Malaysia di ranah ASEAN dalam hal pasar ekspor mebel. Namun, setelah 2015 Vietnam berhasil menyalip Indonesia dan Malaysia sehingga membuat Indonesia kini turun ke peringkat tiga.

Berita terkait

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

3 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

4 hari lalu

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

Rumah yang menjadi tempat industri narkoba ini terdiri atas dua lantai, dengan cat berwarna kuning keemasan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

7 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

9 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

16 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.

Baca Selengkapnya

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

17 hari lalu

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

Pupuk Kujang menambah lini produk non pupuk dengan meresmikan pabrik dry ice atau es kering memanfaatkan produksi pabrik CO2 cair.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

22 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

27 hari lalu

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dengan aturan ini, dokumen lartas yang sebelumnya hanya berupa laporan survey (LS) kini bertambah menjadi LS dan Persetujuan Impor.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

31 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

37 hari lalu

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.

Baca Selengkapnya