Malaysia Tangguhkan Pajak Ekspor Sawit, Indonesia Mengikuti?

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 8 Januari 2018 18:16 WIB

Petani menata buah kelapa sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, OKI, Sumatera Selatan, Minggu (4/12). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

TEMPO.CO, Jakarta - Ekspor minyak sawit Malaysia akan meningkat setelah pemerintahnya menangguhkan pajak ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mulai Senin, 8 Januari 2017. Malaysia merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.

Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Mah Siew Keong baru-baru ini mengumumkan penghentian pajak ekspor CPO selama tiga bulan, mulai Senin, 8 Januari, hingga 7 April 2018, untuk meningkatkan harga minyak kelapa sawit dan mengurangi stok yang tinggi.

Meski demikian, penghapusan pajak akan berakhir lebih awal jika stok CPO turun menjadi 1,6 juta ton.

Menurut Dewan Minyak Sawit Malaysia, pajak ekspor CPO Malaysia untuk Januari 2018 adalah 5,5 persen. Adapun stok Malaysia pada November 2017 berada pada level tertinggi selama dua tahun di 2,56 juta ton.

Para analis mengatakan suspensi pajak ekspor diperkirakan akan meningkatkan daya saing ekspor CPO Malaysia dan memberikan dorongan jangka pendek untuk ekspor ke importir utama, seperti Cina dan India.

"Ini akan membantu meningkatkan ekspor CPO dari Malaysia karena akan lebih kompetitif terhadap ekspor CPO Indonesia, yang dikenakan pungutan CPO sebesar US$ 50 per ton," kata analis CIMB Research, Ng Lee Fang.

Dia melihat ini sebagai langkah positif bagi para pemilik sawit Malaysia dalam jangka pendek. Sebab, berdasarkan pajak ekspor terakhir, mereka akan menghemat US$ 36,1 per ton.

"Kami juga percaya bahwa konsumen utama, seperti India dan Cina, akan mengambil kesempatan ini untuk membeli lebih banyak minyak sawit dari Malaysia," kata analis MIDF Research, Alan Lim. Dia menambahkan, permintaan dari Cina didukung oleh aktivitas pre-stocking menjelang Tahun Baru Imlek pada pertengahan Februari.

Sepakat dengan Lim, analis Public Investment Bank Research's, Chong Hoe Leong, percaya bahwa langkah tersebut akan memberi dorongan terhadap ekspor kelapa sawit Malaysia di tengah perayaan Tahun Baru Imlek yang akan datang.

"Importir-importir sensitif harga seperti India kemungkinan akan mengimpor lebih banyak lagi, sementara Tiongkok, importir minyak sawit terbesar kedua, juga akan mengunci pesanan lebih banyak karena permintaan meningkat menjelang Tahun Baru Imlek pada Februari," tuturnya.

Namun dia juga menunjukkan kemungkinan tindakan serupa oleh negara-negara lain.

"Indonesia, produsen minyak sawit terbesar dunia, juga bisa meluncurkan beberapa insentif untuk menawarkan harga CPO lebih rendah guna mendorong ekspor minyak sawit mereka," ucap Leong.

Tempo belum berhasil mengkonfirmasi pihak pemerintah Indonesia apakah akan mengikuti langkah Malaysia menangguhkan pajak ekspor minyak sawit.

ANTARA

Berita terkait

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

1 hari lalu

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

Deputi Otorita IKN Agung Wicaksono menyatakan beberapa perusahaan dari Malaysia dan Jerman telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

3 hari lalu

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

KFC menutup 100 gerainya di Malaysia. Perusahaan mengaku karena ekonomi sulit. Media lokal menyebut karena terdampak boikot pro-Israel.

Baca Selengkapnya

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

4 hari lalu

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

Saat melancong ke Malaysia, jangan lupa membeli oleh-oleh khas Malaysia yang kekinian dan murah. Berikut ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

4 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

4 hari lalu

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

Langkawi menyuguhkan objek wisata baru berupa skywalk dengan desain untuk

Baca Selengkapnya

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

6 hari lalu

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

Timnas U-23 Indonesia akan berduel melawan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 pada senin malam WIB, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

6 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

Supriyanto mengatakan puluhan pekerja migran tersebut rata-rata berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

7 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

7 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya