Cadangan Aluvial Merosot Drastis, PT Timah Ekspansi ke Nigeria

Rabu, 20 Desember 2017 07:20 WIB

Produksi PT Timah Berpotensi Naik

TEMPO.CO, Pangkal Pinang - Cadangan aluvial PT Timah Tbk. terus menurun hingga saat ini tersisa 300 ribu ton. Dengan persentase ekspor mencapai 30 ribu ton per tahun, dikhawatirkan akan memperpendek jangka waktu tambang perusahaan pelat merah tersebut.

Direktur Utama PT Timah, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, mengatakan pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah untuk memperpanjang jangka waktu tambang dengan melakukan ekspansi bisnis tambang timah ke Nigeria. Selain itu perusahaan juga menerbitkan obligasi senilai Rp 2 triliun untuk pembiayaan pembaharuan peralatan tambang yang sudah tua.

Baca: Dongkrak Kinerja Perseroan, PT Timah Garap Bisnis Properti

"Kami masih punya cadangan underground di Bangka dan Kepulauan Riau sebanyak 800 ribu ton. Namun peralatan kerja perlu disesuaikan dan pembaharuan karena sudah dalam," ujar Riza dalam paparannya kepada Komisi VI DPR RI di Griya Timah, Selasa, 19 Desember 2017.

Soal ekspansi bisnis ke Nigeria, kata Riza, pihaknya sudah menandatangani perjanjian dengan perusahaan tambang negara tersebut untuk pembukaan lahan tambang. Pemilihan Nigeria dikarenakan secara geologi sesuai dengan kompetensi PT Timah.

Advertising
Advertising

Cadangan di Nigeria yang merupakan cadangan aluvial, menurut Riza, akan sangat memudahkan perusahaan menekan biaya. "Dari segi cost, penambangan cadangan aluvial lebih murah dan mudah ditambang karena masih lapisan atas," ujar dia.

Riza menuturkan potensi ekspansi bisnis ke Nigeria sangat besar karena saat ini 12 ribu ton timah Nigeria dan negara Afrika sudah mulai membanjiri pasar. Potensi besar inilah yang membuat PT Timah melakukan perjanjian eksplorasi dengan perusahaan Nigeria agar tidak dikuasai negara lain.

Dari hasil tambang rakyat yang tercatat di Nigeria sebanyak 6 ribu ton, kata Riza, negara tersebut bakal membutuhkan teknologi untuk menambang. "Untuk hasil kita bagikan fifty-fifty," katanya.

Adapun estimasi biaya untuk ekspansi bisnis ke Nigeria mencapai Rp 100 miliar untuk membangun smelter dan negara akan tetap mendapatkan bagian dari pembayaran royalti. "Saat ini kita sudah mengirimkan tim eksplorasi ke Nigeria. Dan jika sudah berjalan, ini akan menjadi tambang PT Timah pertama di negara lain," tuturnya.

Berita terkait

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

50 menit lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

20 jam lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Terlibat Tambang Timah Ilegal, Pimpinan Media Online di Bangka Belitung Ditahan Polisi

1 hari lalu

Terlibat Tambang Timah Ilegal, Pimpinan Media Online di Bangka Belitung Ditahan Polisi

Polda Kepulauan Bangka Belitung menahan pimpinan salah satu media online terkait dalam kasus penambangan timah ilegal.

Baca Selengkapnya

Kejaksaan Agung Janji Bakal Ungkap Tuntas Korupsi Timah yang Rugikan Negara dan Lingkungan Rp 271 Triliun

2 hari lalu

Kejaksaan Agung Janji Bakal Ungkap Tuntas Korupsi Timah yang Rugikan Negara dan Lingkungan Rp 271 Triliun

Kejaksaan Agung berjanji akan mengungkap kasus korupsi tata niaga timah di PT Timah Tbk yang merugikan negara dan lingkungan Rp 271 triliun.

Baca Selengkapnya

Alasan Kejaksaan Agung Periksa Robert Bonosusatya sebagai Saksi di Perkara Korupsi di PT Timah

3 hari lalu

Alasan Kejaksaan Agung Periksa Robert Bonosusatya sebagai Saksi di Perkara Korupsi di PT Timah

Robert Bonosusatya mengklaim hanya berteman dengan keempat nama tersangka korupsi timah, tapi tak pernah berbisnis timah.

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

3 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Profil Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air yang Ditetapkan Tersangka Kasus Timah

4 hari lalu

Profil Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air yang Ditetapkan Tersangka Kasus Timah

PT Sriwijaya Air didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim pada 28 April 2003.

Baca Selengkapnya

Hendry Lie Pendiri Sriwijaya Air Tersangkut Kasus Timah, Apa Peran dan Dampaknya pada Maskapai?

4 hari lalu

Hendry Lie Pendiri Sriwijaya Air Tersangkut Kasus Timah, Apa Peran dan Dampaknya pada Maskapai?

Kejaksaan Agung menetapkan pendiri Sriwijaya Air Hendry Lie sebagai tersangka kasus dugaan korupsi PT Timah, bagaimana dampaknya ke Maskapai?

Baca Selengkapnya

Seribu Orang Kena PHK Efek Korupsi Timah

4 hari lalu

Seribu Orang Kena PHK Efek Korupsi Timah

PJ Gubernur Bangka Belitung menyebut sekitar seribu pekerja di lima smelter yang terkait korupsi timah terkena PHK

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

4 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya