Kapan Waktu yang Tepat Memiliki Asuransi Kesehatan?
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 26 November 2017 07:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Proteksi keuangan atau asuransi menjadi penting lantaran manusia tidak bisa memprediksi kapan dia bakal sakit maupun meninggal. Untuk itu, Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan keputusan untuk memiliki asuransi kesehatan lebih baik dibeli sedini mungkin. "Sebaiknya saat muda dan risiko dianggap kecil," kata Eko kepada Tempo, Sabtu, 25 November 2017.
Dengan begitu, kata Eko, harga yang dibayarkan untuk membeli asuransi kesehatan dan membayar premi belum begitu tinggi. Dia berujar biaya yang disisihkan untuk asuransi adalah sebesar 10 persen dari gaji setiap bulannya. "Jangan pas sudah risiko tinggi baru buat (daftar asuransi), pasti biayanya tinggi."
Baca: Seberapa Penting Masyarakat Memiliki Asuransi Kesehatan?
Lebih lanjut, Eko mengatakan waktu yang paling tepat untuk membeli asuransi kesehatan adalah ketika telah merasa mempunyai penghasilan. Asuransi menjadi sangat perlu dibeli saat mulai menanggung orang lain, misalnya telah menikah. "Jangan sampai ketika menanggung orang lain dan terjadi apa-apa, orang lain jadi ikut menanggung."
Biasanya, pada awal karir alias mulai bekerja, masyarakat memiliki proteksi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Namun, meski telah ada jaminan dari BPJS Kesehatan, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat masih perlu membeli asuransi tambahan. "Apakah cukup pakai BPJS ya tergantung. Kalau dirasa sudah cukup, tidak perlu beli lagi," tuturnya.
Eko berujar tambahan asuransi itu tergantung dari kebutuhan masing-masing, yang bisa dihitung dengan melihat standar rumah sakit yang dituju nasabah. Paling mudah, lihat rumah sakit yang terdekat dari rumah. Lantas lihat biaya yang dibutuhkan untuk kamar dan fasilitas yang dibutuhkan. "Kalau ternyata terpenuhi oleh BPJS, ya enggak harus beli asuransi."
Lebih jauh Eko meyakinkan bahwa perusahaan asuransi kesehatan pasti bakal membayar klaim yang diajukan bila syarat-syaratnya sudah lengkap. Menurut dia, kasus sulit klaim yang kerap beredar di media terjadi lantaran nasabah belum mengetahui atau tidak memenuhi syarat yang ditetapkan. "Dia (pemegang asuransi) enggak baca (polis dan syarat asuransi). Ketika klaim mengaku tidak dibayar, padahal syaratnya memang enggak masuk," ucapnya.