Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek), Muhammad Nasir. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir menagih janji Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai sumber energi terbarukan.
“Penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan diperlukan untuk kemajuan teknologi transportasi Indonesia,” kata Nasir di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang, Sabtu, 11 November 2017.
Nasir, yang juga alumnus Universitas Diponegoro, menuturkan diskusinya dengan Ignasius Jonan terjadi saat masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK).
Saat itu Nasir mempertanyakan kemungkinan dibuatnya kereta api cepat Jakarta-Surabaya menggunakan energi listrik. Ternyata, saat itu Jonan, yang sebelumnya menjabat Direktur Utama PT KAI, mengiyakan kemungkinan tersebut, tapi dengan syarat sumber energinya harus menggunakan tenaga nuklir.
Ketika kemudian Jonan menjabat Menteri Energi, Nasir kembali membincangkan hal serupa. "Eh, kebetulan jadi Menteri Energi. Aku nagih janji sekarang, mau enggak bangun? Pelan-pelan Pak Nasir, ojo saiki (jangan sekarang) roadmap (peta jalan)-nya sedang kami buat," kata Nasir, menirukan perbincangannya dengan Jonan.
Nasir mengemukakan potensi PLTN sebagai alternatif energi terbarukan sangat besar. Sebagai contoh, dia menjabarkan, bahan bakar kapal yang membutuhkan biaya hingga Rp 500 juta untuk pelayaran.
Nasir memiliki ide agar kapal perang Indonesia menggunakan tenaga nuklir sebagai bahan bakarnya, seperti yang sudah dilakukan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan.
"Ternyata, setiap satu gram uranium mampu menggantikan bahan bakar dari batu bara sekitar dua ton. Itu luar biasa. Kalau dua ton itu mampu menghasilkan sembilan megawatt," tutur Nasir.
Karena itu, Menristek meminta semua pihak mengubah cara pandang mengikuti perkembangan teknologi agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain.