Debat Kusir Kontrol Senjata di Amerika

Rabu, 8 November 2017 12:00 WIB

Polisi di Texas, Amerika Serikat, sedang berjaga di sekitar lokasi penembakan di Gereja First Baptist di Sutherland Spring, Texas, Amerika Serikat, Minggu, 5 November 2017. AFP

TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan terhadap masyarakat sipil terjadi di Orlando, Dallas, Las Vegas, dan kini Sutherland Springs dalam tiga tahun terakhir. Sebuah tragedi yang tak terbayangkan: pembunuhan massal dengan senjata api di tangan.

Baru sebulan berlalu sejak Stephen Paddock, 60 tahun, menembak membabi-buta dari atas hotel mengarah ke kerumunan penonton konser di Las Vegas, petaka tragis kembali terjadi Ahad lalu. Di Sutherland Springs, kota kecil di Texas, Devin Patrick Kelley, 26 tahun, menembak membabi-buta di Gereja First Baptist. Setidaknya 26 orang tewas saat mereka beribadah, demikian ditulis Koran Tempo, Rabu, 8 November 2017.

Baca juga: 5 Motif Tersangka Teror Las Vegas, Terburuk dalam Sejarah Amerika

Dua insiden penembakan tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai kepemilikan senjata api di Amerika dan perlu-tidaknya pengetatan persyaratan kepemilikan senjata api. Kebebasan memiliki senjata di Amerika memang dilindungi konstitusi: "A well regulated militia being necessary to the security of a free state, the right of the people to keep and bear arms shall not be infringed," dalam Second Amendment. "

Milisia yang diatur secara baik adalah hal yang penting dalam menjaga keamanan sebuah negara bagian, hak untuk memiliki dan membawa senjata seharusnya tidak dibatasi." Hal ini masih menjadi perdebatan karena "Second Amendment" itu ditambahkan pada 1791 ke konstitusi Amerika.

Sejak tragedi Orlando, kubu Demokrat menagih pembahasan Rancangan Undang-Undang Kontrol Senjata. Barack Obama, saat menjabat presiden, terus menggerakkan kampanye memperketat undang-undang senjata api setelah kejadian pembantaian di sebuah sekolah di Newtown, Connecticut, pada 2012. Namun kubu Republik santai menanggapinya. "Terlalu dini mendiskusikan solusi legislatif (senjata api) jika ada," kata pemimpin mayoritas Senat, Mitch McConnell, seperti dilansir The New York Times, Selasa, 7 November 2017.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sedang berada di Jepang, mengatakan kejadian di Texas adalah akibat kesehatan mental, bukan soal kepemilikan senjata. Menurut dia, pelaku penembakan adalah "orang yang sangat gila". Trump tidak mengaitkan hal ini dengan masalah penggunaan senjata api yang sejak beberapa tahun lalu menjadi perdebatan akibat banyaknya kasus penembakan di Amerika.

Advertising
Advertising

Dengan kata lain, seperti dilansir CNN, pernyataan Trump menegaskan senjata tidak membunuh orang, melainkan orang membunuh orang. Demikian pula, setelah penembakan di Las Vegas, Trump menyebut penembak itu sebagai "orang gila yang sakit". Apalagi jajak pendapat Pew Research baru-baru ini menyatakan hanya tiga dari 10 pemilik senjata percaya bahwa membatasi penjualan senjata secara legal tidak cukup menurunkan kekerasan. Hal yang menarik pula dari jajak pendapat itu adalah, 54 persen pemilik senjata yakin akan ada sedikit kejahatan jika lebih banyak orang memiliki senjata api.

Perdebatan kepemilikan senjata api bak debat kusir. Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, membela atasannya. Saat tragedi pembantaian di Las Vegas, Sanders membandingkan dengan Chicago yang memiliki aturan sangat ketat terhadap kepemilikan senjata. "Tapi jumlah korban mencapai lebih dari 4.000 selama tahun lalu. Itu tentu saja tidak membantu," ujar Sanders.

Trump, saat debat kampanye presiden dengan rivalnya, Hillary Clinton, juga mengatakan bahwa Negara Bagian Illinois—tempat Kota Chicago berada--memiliki aturan senjata yang ketat. Tapi, menurut Trump, Illinois dikelilingi beberapa negara bagian dengan aturan kepemilikan senjata yang longgar. Akibatnya, senjata api ilegal bebas melintas masuk lewat perbatasan. "Jadi, (Illinois) memang memiliki aturan yang ketat, tapi kekerasan akibat senjata juga luar biasa."

Andy Richter, komedian asal Amerika, mengatakan bahwa menjadikan Chicago sebagai contoh untuk tidak memperketat aturan kepemilikan senjata merupakan tindakan debunker. Richter mencontohkan Hawaii, yang juga memiliki undang-undang senjata yang ketat dan dikelilingi lautan, tapi korban tewas di sana jauh lebih sedikit. ”Amerika akan selalu memiliki senjata, tapi yang lebih penting adalah dibutuhkan kontrol," demikian dia mencuit lewat Twitter.

The New York Times dalam opininya menulis, ketika kubu Republik menanggapi tragedi pembunuhan di masa lalu, seharusnya mereka tidak perlu menunda lebih lama lagi pembahasan undang-undang ihwal kepemilikan senjata api. "Terlalu banyak hari telah berlalu, dari satu tragedi ke tragedi berikutnya. Inilah waktunya."

Polisi berjaga-jaga di depan pintu masuk Walmart setelah terjadi penembakan di dalam toko di Thornton, 1 November 2017. (Helen H. Richardson/The Denver Post via AP)

Tragedi Terus Berulang

Lebih dari 11 ribu orang di Amerika tewas akibat kekerasan menggunakan senjata api pada 2016. Jumlah akibat kejadian tragis yang terus berulang ini mencapai dua pertiga dari keseluruhan pembunuhan.

Perbandingan Pembunuhan Akibat Senjata Api

Amerika (2016): 64 persen

Inggris dan Wales (2015/2016): 4,5 persen

Kanada (2015): 30,50 persen

Australia (2013/2014): 13 persen

10 Negara dengan Pemilik Senjata Terbanyak di Dunia

(Senjata Api Per 100 Warga)

(Pake Diagram Batang)

Amerika Serikat: 90

Yaman: 55

Swiss: 46

Finlandia: 45

Siprus: 35

Arab Saudi: 35

Irak: 34

Uruguay: 32

Kanada: 31

Austria: 30

Jenis Senjata dalam Pembunuhan di Amerika

(Pake Diagram Bulat)

Pistol: 7.105

Senapan: 374

Senapan sebar: 262

Senapan jenis lain: 3.263

Harga Senjata Api

Senapan Serbu dalam Kasus Stephen Paddock (Las Vegas)

Rp 20,2 juta setara dengan MacBook

Pistol dilaporkan milik Paddock seharga Rp 2,6 juta, setara dengan komputer jinjing.

* * Ditemukan 23 senjata api dan 19 pucuk lainnya di rumah Paddock. Total lebih dari Rp 943 juta untuk membeli senjata dan beragam aksesorisnya.

Penentang Pengetatan Kepemilikan Senjata Api

Asosiasi Senapan Nasional (NRA) berkampanye menentang pengetatan kepemilikan senjata api. Alasannya, memiliki senjata justru membuat Amerika lebih aman.

NRA merupakan salah satu kelompok pelobi terkuat di Amerika. NRA menghabiskan US$ 3 juta atau Rp 40,4 miliar khusus untuk melobi.

NEWS.COM.AU | NATIONAL REVIEW | BBC | SUKMA LOPPIES

Berita terkait

Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

5 hari lalu

Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

Tingginya angka kepemilikan senjata api di AS sudah sampai di level yang mengkhawatirkan. Bagaimana kondisi di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Tennessee AS Bolehkan Guru Membawa Senjata Api ke Sekolah, Ini Aturannya

5 hari lalu

Tennessee AS Bolehkan Guru Membawa Senjata Api ke Sekolah, Ini Aturannya

Guru dan staf pengajar di Tennessee, Amerika Serikat dibolehkan bawa senjata api ke sekolah dan kampus. Begini aturannya.

Baca Selengkapnya

Brigadir RA Tewas dalam Alphard di Mampang, Kapolresta Manado: Keluarga Terima sebagai Kasus Bunuh Diri

7 hari lalu

Brigadir RA Tewas dalam Alphard di Mampang, Kapolresta Manado: Keluarga Terima sebagai Kasus Bunuh Diri

Brigadir Ridhal Ali Tomi ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala dalam Mobil Alphard di sebuah rumah Mampang. Polisi sebut sebagai bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Brigadir Ridhal Ali Tomi Tewas dengan Luka Tembak, Kepala RS Polri: Keluarga Sudah Menerima Kematiannya

7 hari lalu

Brigadir Ridhal Ali Tomi Tewas dengan Luka Tembak, Kepala RS Polri: Keluarga Sudah Menerima Kematiannya

Keluarga disebut telah melihat kondisi jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi di RS Polri Kramat Jati. Polisi menyebut Ridhal tewas bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Perikhsa Siap Gelar 'Deffensive Shooting' pada Juli

10 hari lalu

Bamsoet: Perikhsa Siap Gelar 'Deffensive Shooting' pada Juli

Sebelum lomba digelar, peserta akan dibekali pengetahuan tentang teknik menembak, teknik bergerak, hingga teknik mengisi ulang peluru (reload magazine).

Baca Selengkapnya

Syarat dan Cara Kunjungi Narapidana di Berbagai Rutan, Tak Bawa Ponsel dan Dilarang Bercelana Pendek

23 hari lalu

Syarat dan Cara Kunjungi Narapidana di Berbagai Rutan, Tak Bawa Ponsel dan Dilarang Bercelana Pendek

Keluarga narapidana dapat mengunjungi di rutan atau lapas dengan berbagai ketentuan dan syarat. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain Tembak Mati 2 KKB Mimika, Satgas Operasi Damai Cartenz Sita Senjata Api

30 hari lalu

Selain Tembak Mati 2 KKB Mimika, Satgas Operasi Damai Cartenz Sita Senjata Api

"Tim juga berhasil mengamankan barang bukti berupa senjata api laras pendek jenis sig sauer," kata Satgas Operasi Damai Cartenz.

Baca Selengkapnya

Saat Hakim Memvonis Dito Mahendra 7 Bulan Penjara Tapi Memintanya Segera Dibebaskan dari Tahanan

30 hari lalu

Saat Hakim Memvonis Dito Mahendra 7 Bulan Penjara Tapi Memintanya Segera Dibebaskan dari Tahanan

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Dito Mahendra 7 bulan penjara dalam kasus kepemilikan senjata api ilegal.

Baca Selengkapnya

Dito Mahendra Divonis 7 Bulan Penjara, Hakim: Terdakwa Menyimpan Senjata Api dan Amunisi dengan Benar

30 hari lalu

Dito Mahendra Divonis 7 Bulan Penjara, Hakim: Terdakwa Menyimpan Senjata Api dan Amunisi dengan Benar

Dito Mahendra divonis 7 bulan penjara karena kepemilikan senjata api tanpa izin, tapi dia disebut menyimpan senjata dan amunisi dengan benar.

Baca Selengkapnya

Divonis 7 Bulan Penjara, Dito Mahendra Disebut Tetap Akan Mempertahankan Koleksi Senjata Apinya

30 hari lalu

Divonis 7 Bulan Penjara, Dito Mahendra Disebut Tetap Akan Mempertahankan Koleksi Senjata Apinya

Dito Mahendra divonis tujuh bulan penjara atas kepemilikan senjata api. Namun ia bebas karena masa penahanannya genap 7 bulan saat vonis dibacakan.

Baca Selengkapnya