Peringkat Kemudahan Berbisnis Naik, Tom Lembong: PR Masih Banyak

Selasa, 7 November 2017 07:30 WIB

Tom Lembong. Dok. TEMPO/Bernard Chaniago

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan bahwa terdapat banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi meski peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia meningkat. Tahun ini Bank Dunia mencatat peringkat kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business atau EODB) Indonesia di peringkat 72, atau naik dibandingkan tahun lalu di peringkat 91.

"Tentunya di luar EODB, banyak sekali aspek-aspek regulasi, perizinan dan iklim usaha yang perlu dibenahi," kata Thomas di Kantor BKPM, Jakarta, 6 November 2017.

Baca: Kemudahan Berbisnis di Indonesia Naik ke Peringkat 72

Kenaikan peringkat kemudahan berbisnis itu, menurut Thomas, bukanlah segalanya. Meskipun indeks tersebut menjadi salah satu barometer dari perbaikan sistem ekonomi yang menjadi perhatian dari seluruh dunia, tapi jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih tertinggal.

"Meskipun indeks EODB kita sudah mengalahkan Tiongkok, dan jauh di depan India, tapi kami menyadari bahwa PR kita masih banyak," kata Thomas. "Baik di dalam EODB, maupun di luar EODB."

Advertising
Advertising

Untuk peningkatan indeks EODB ke depannya, Thomas mengatakan bahwa pemerintah kini telah memiliki dua satuan tugas (Satgas) yang bertugas untuk mensosialisasikan indeks EODB tersebut ke Pemerintah Daerah. Kedua Satgas tersebut adalah Satgas Reformasi Ekonomi di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Satgas Pelayanan Satu Pintu di bawah BKPM.

Tapi karena investasi belum merata, kata Thomas, pemerintah akan memulai pembenahan dari pemerintah daerah yang menjadi kantong investasi yang besar. "Seperti Banten dan Jawa Barat," ujar dia.

Lebih jauh Thomas berharap agar pemerintah dapat memberikan kelancaran bagi perkembangan industri ekonomi digital dan e-commerce yang dinilainya dapat mendongkrak indeks EODB Indonesia di masa yang akan datang. Hal tersebut Thomas pertimbangkan setelah dirinya melihat arus modal dan investasi di kedua industri tersebut yang kian menjanjikan.

ERLANGGA DEWANTO | RR ARIYANI

Berita terkait

Skandal Bank Dunia, Jubir Luhut Bantah EODB jadi Alasan Penyusunan Omnibus Law

18 September 2021

Skandal Bank Dunia, Jubir Luhut Bantah EODB jadi Alasan Penyusunan Omnibus Law

Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, merespons ditemukannya skandal Ease of Doing Business (EODB) Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Ada Skandal EODB, Pemerintah Diminta Ubah Acuan Keberhasilan Iklim Investasi

18 September 2021

Ada Skandal EODB, Pemerintah Diminta Ubah Acuan Keberhasilan Iklim Investasi

Bhima Yudhistira meminta pemerintah mengubah indikator target keberhasilan investasi pasca-terkuaknya skandal EODB.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Setop Laporan Kemudahan Berusaha Akibat Skandal, Bahlil: Ya, Gitu Deh

17 September 2021

Bank Dunia Setop Laporan Kemudahan Berusaha Akibat Skandal, Bahlil: Ya, Gitu Deh

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menanggapi penghentian laporan kemudahan berusaha atau ease of doing business (EODB) oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Eks Bos Bank Dunia Diduga Tekan Staf untuk Naikkan Peringkat Cina

17 September 2021

Eks Bos Bank Dunia Diduga Tekan Staf untuk Naikkan Peringkat Cina

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva diduga saat menjabat di Bank Dunia menekan staf untuk mengubah peringkat laporan Kemudahan Berbisnis.

Baca Selengkapnya

Bahlil Yakin Kemudahan Berusaha di RI Naik ke Peringkat 60: Tergantung Lobi-lobi

30 Agustus 2021

Bahlil Yakin Kemudahan Berusaha di RI Naik ke Peringkat 60: Tergantung Lobi-lobi

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yakin target kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business bisa naik ke peringkat 60 pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

BPN Jawab Isu Penarikan Sertifikat untuk Diubah jadi Sertifikat Tanah Elektronik

4 Februari 2021

BPN Jawab Isu Penarikan Sertifikat untuk Diubah jadi Sertifikat Tanah Elektronik

BPN menjawab isu penarikan sertifikat tanah asli seiring penerbitan sertifikat tanah elektronik yang ramai dibicarakan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Ini Sebab Faisal Basri Sebut Omnibus Law Tak Atasi Akar Masalah Utama Investasi

24 Oktober 2020

Ini Sebab Faisal Basri Sebut Omnibus Law Tak Atasi Akar Masalah Utama Investasi

Faisal Basri mengkritik pemerintah yang berkukuh menggunakan Omnibus Law UU Cipta Karya sebagai alat untuk menarik investasi datang ke Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Survei TMF: Indonesia Jadi Negara Paling Rumit untuk Urusan Bisnis

17 Oktober 2020

Survei TMF: Indonesia Jadi Negara Paling Rumit untuk Urusan Bisnis

Indonesia menduduki peringkat pertama negara yang paling rumit untuk urusan bisnis.

Baca Selengkapnya

Ekonom HSBC: Investor Global Pantau Perkembangan Omnibus Law RI

16 September 2020

Ekonom HSBC: Investor Global Pantau Perkembangan Omnibus Law RI

Chief Economist ASEAN di HSBC Joseph Incalcaterra menyoroti Rancangan Undang-Undang atau RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang sedang dibahas di DPR.

Baca Selengkapnya

BKPM Pangkas Izin Usaha, Dongkrak Peringkat Kemudahan Berbisnis

5 Maret 2020

BKPM Pangkas Izin Usaha, Dongkrak Peringkat Kemudahan Berbisnis

BKPM memangkas perizinan usaha dari 11 menjadi 3 prosedur saja.

Baca Selengkapnya