Sektor Retail Lesu, Ekonom: Karena Pergeseran Jenis Konsumsi

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Martha Warta

Minggu, 29 Oktober 2017 11:14 WIB

Sejumlah pengunjung antre berbelanja di Lotus Departement Store, Jakarta, 25 Oktober 2017. Penutupan ini juga dilakukan untuk restrukturisasi perusahaan. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan, dibandingkan dengan serbuan bisnis online, pergeseran jenis konsumsi masih menjadi tekanan terbesar pada bisnis sektor retail saat ini. "Ada pergeseran jenis konsumsi masyarakat, jadi bukan lagi belanja baju," kata dia kepada Tempo, Sabtu, 28 Oktober 2017.

Masyarakat, kata dia, lebih senang membelanjakan uangnya untuk leisure, misalnya melancong atau kuliner. Lana menyoroti travel fair yang selalu dipadati pengunjung setiap diselenggarakan. Bahkan, sampai ada yang rela menggunakan jasa joki demi mendapatkan tiket murah untuk pelesiran.

Ditambah lagi, Lana mengatakan usaha jualan pakaian kini semakin ketat lantaran masyarakat memiliki banyak pilihan, dari yang buatan industri rumahan, sampai yang bermerek asing. "Komoditas yang substitusinya banyak tentu bakal tertekan," kata dia. "Kalau kayak toko elektronik masih terlihat stabil meski ada potensi tergerus online tapi kita masih suka menikmati beli elektronik langsung."

Menurut Lana, kini bisnis pakaian di Indonesia semakin mengandalkan momen-momen tertentu, misalnya Idul Fitri, maupun Natal. "Bisnis baju kalau bukan Lebaran dan Natal biasanya enggak banyak yang cari, kecuali lagi diskon."

Dia melihat fenomena bakal tutupnya Lotus Department Store dan Debenhams merupakan imbas dari pergeseran jenis konsumsi itu. Berbeda dengan tutupnya gerai 7Eleven beberapa waktu lalu, menurut Lana, disebabkan kesalahan strategi bisnis lantaran ekspansi terlalu cepat, tutupnya dua retail penjualan pakaian itu dinilai sudah memasang strategi yang cukup tepat.

Advertising
Advertising

"Kayak Debenhams, pemilihan lokasi sudah tepat di Senayan City, sesuai dengan sasarannya, yaitu kelas menengah atas. Tapi memang perubahan di konsumsi rumah tangga berpengaruh," ujarnya.

Memang, Lana mengatakan banyak pihak yang akhirnya mengambinghitamkan bisnis online atas gulung tikarnya sejumlah bisnis retail. Namun, menurut dia, e-commerce belum sepenuhnya bisa menggantikan gerai konvensional.

Dia lantas merujuk pada data 2016 mengenai jumlah transaksi bisnis online, yaitu hanya sebesar US$ 5,6 miliar atau sekitar 2 persen saja dari total transaksi tahun itu. "Jadi memang ada substitusi, tapi bukan sepenuhnya penurunan di retail itu karena beralih ke online," kata dia.

Selain dua faktor itu, Lana menyebutkan ada kontribusi rendahnya daya beli dalam kelesuan pasar retail.

Selanjutnya, menurut dia, untuk bisa bertahan dari gempuran faktor-faktor itu, mau tidak mau efisiensi menjadi pilihan. "Untuk survival retail harus melakukan efisiensi, meski akhirnya harus kurangi jumlah pekerja. Jadi serba salah," kata dia. Ke depannya, dia melihat toko retail bisa bertahan dengan mengurangi jumlah pekerja dan menggantinya dengan sejumlah fasilitas elektronik. "Mungkin nanti tidak ada lagi kasir, namun serba elektronik."

CAESAR AKBAR

Berita terkait

Prediksi Ritel Tumbuh 4,2 Persen hingga Akhir 2023, Aprindo: Kalau Suasana Kondusif

16 November 2023

Prediksi Ritel Tumbuh 4,2 Persen hingga Akhir 2023, Aprindo: Kalau Suasana Kondusif

Aprindo memprediksi pertumbuhan usaha ritel nasional tumbuh hingga 4,2 persen hingga akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Kontribusi Penjualan Ritel Saat Natal dan Tahun Baru Bisa Capai 40 Persen

29 November 2020

Kontribusi Penjualan Ritel Saat Natal dan Tahun Baru Bisa Capai 40 Persen

Penjualan pada akhir tahun saat Natal dan Tahun Baru 2021 diperkirakan memberi sumbangan paling besar bagi sektor ritel sepanjang tahun ini.

Baca Selengkapnya

11 November Diusulkan Menjadi Hari Ritel Nasional

12 November 2019

11 November Diusulkan Menjadi Hari Ritel Nasional

Aprindo mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan 11 November sebagai Hari Ritel Nasional.

Baca Selengkapnya

Yakin Tumbuh 10 Persen, Pengusaha Ritel Andalkan Ini

2 Oktober 2019

Yakin Tumbuh 10 Persen, Pengusaha Ritel Andalkan Ini

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menargetkan pertumbuhan industri ini dapat lebih baik dibandingkan tahun lalu yang sebesar 10 persen.

Baca Selengkapnya

Ada Diskon Pemilu 2019, Penjualan Peritel Naik 10 Kali Lipat

19 April 2019

Ada Diskon Pemilu 2019, Penjualan Peritel Naik 10 Kali Lipat

Diskon khusus Pemilu 2019 membuat penjualan sektor ritel naik hingga 10 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Belanja Pakai Kantong Plastik Bayar Rp 200 Mulai Hari Ini

1 Maret 2019

Belanja Pakai Kantong Plastik Bayar Rp 200 Mulai Hari Ini

Berbelanja ke supermarket menggunakan kantong plastik bakal dikenakan biaya Rp 200.

Baca Selengkapnya

Banyak Toko Ritel Tutup, Darmin: Dunia Sedang Berubah

18 Januari 2019

Banyak Toko Ritel Tutup, Darmin: Dunia Sedang Berubah

Darmin menyebut dunia yang berubah menyebabkan tutupnya toko ritel.

Baca Selengkapnya

Ekonom: Sektor Ritel Terus Tumbuh di Sepanjang 2019

17 Januari 2019

Ekonom: Sektor Ritel Terus Tumbuh di Sepanjang 2019

Ekonom Indef Aviliani mengatakan ada sektor ritel yang akan terus tumbuh dan berkembang sepanjang 2019.

Baca Selengkapnya

BCA: Rp 1,3 Triliun Dana Tabungan Beralih ke Obligasi Ritel

9 Oktober 2018

BCA: Rp 1,3 Triliun Dana Tabungan Beralih ke Obligasi Ritel

Presiden Direktur PT BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan banyak nasabahnya mengalihkan uang tabungannya

Baca Selengkapnya

Semester I, Map Aktif Adiperkasa Catat Pendapatan Bersih Rp 2,9 T

31 Agustus 2018

Semester I, Map Aktif Adiperkasa Catat Pendapatan Bersih Rp 2,9 T

Corporate Secretary Map Aktif Adiperkasa (MAPA) Ratih Gianda menyebut pendapatan bersih perusahaan mencapai Rp 2,9 triliun pada semester I 2018.

Baca Selengkapnya