Rembuk Petani Soroti Pemborosan Rp 45 Triliun Subsidi Pertanian

Jumat, 29 September 2017 13:59 WIB

Presiden Joko Widodo berbincang dengan petani di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, 17 Maret 2016. Disela kunjungan kerjanya ke Bendungan Jatigede, Presiden menyempatkan berdialog langsung dengan masyarakat. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil Rembuk Nasional Petani menyimpulkan aneka subsidi dan bantuan dari pemerintah kurang efektif meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani.

“Bahkan terjadi pemborosan anggaran negara yang seharusnya menjadi hak petani,” ujar Said Abdullah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) seperti termuat dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 29 September 2017.

Baca juga: Petani Menangis Harga Bawang Merah Terjun Bebas, Rp 2 Ribu/Kg

Para peserta mengusulkan perubahan subsidi dan bantuan menjadi after-sold cash transfer. Kartu Tani dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan peralihan subsidi dan bantuan tersebut.

Setiap tahun APBN menganggarkan dana Rp 40-45 triliun untuk subsidi pupuk, benih, serta bantuan alat-alat dan mesin pertanian (alsintan) serta kartu tani. Subsidi itu telah berlangsung tiga tahun atau sejak era pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Rembuk Nasional Petani merupakan rangkaian acara Sarasehan Nasional Petani dan Peringatan Hari Tani Nasional 2017 di Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis, 28 September 2017. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut digelar untuk membahas sejumlah permasalahan yang ada di sektor pertanian.

Kegiatan yang diinisiasi AB2TI itu dihadiri Ketua Umum AB2TI Dwi Andreas Santosa, Guru Besar FISIP UI Yunita Witarto, Kepala Pusat Studi Agraria Satyawan Sunito, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Boediyana, serta Direktur Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi Yeka H. Fatika.

Rembuk Nasional Petani juga menyoroti program Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai (UPSUS Pajale) dan percepatan serap gabah petani (Sergap) yang dilakukan Kementerian Pertanian. Ternyata berbagai program tersebut belum sesuai antara subsidi Rp 45 triliun yang telah dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh petani.

“Penanaman padi terus-menerus tanpa jeda melalui program tersebut telah menyebabkan gangguan ekologis serius yang menyebabkan penurunan produksi 40-60 persen dan puso di banyak tempat akibat serangan hama, terutama wereng batang cokelat serta virus yang menyertainya,” kata Said Abdullah yang menjadi moderator Rembuk Nasional.

Banyak petani mengalami kerugian besar, terutama pada musim panen I dan II di tahun 2017. Karena itu, mereka mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo melakukan reformulasi dan audit anggaran terkait dengan program tersebut.

Mereka juga menegaskan program Sergab gabah sebaiknya diarahkan untuk memastikan gabah petani terbeli ketika harga jatuh di bawah harga pokok penjualan, bukan upaya untuk membeli gabah di bawah harga pasar yang terbentuk.

IMAM HAMDI

Berita terkait

Akademisi: Kesejahteraan Petani di Era Mentan SYL Terus Meningkat

8 Juni 2022

Akademisi: Kesejahteraan Petani di Era Mentan SYL Terus Meningkat

Peningkatan kesejahteraan dapat terlihat dari data BPS. Data FAO juga menunjukkan produksi beras di Indonesia melimpah, kedua terbanyak di Asia.

Baca Selengkapnya

Program Makmur Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Petani

9 September 2021

Program Makmur Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Petani

Tercatat sejumlah peningkatan antara lain produktivitas yang naik dari 34 persen menjadi 42 persen, serta bertambahnya pendapatan petani.

Baca Selengkapnya

Sebut Petani Saat Ini Tak Sejahtera, KRKP Jelaskan Indikatornya

13 Desember 2018

Sebut Petani Saat Ini Tak Sejahtera, KRKP Jelaskan Indikatornya

KRKP menyatakan target swasembada beras yang dicanangkan Jokowi sejak empat tahun lalu masih belum bisa mensejahterakan petani.

Baca Selengkapnya

Tanam Padi Pakai Metode Hazton, Panen Petani Sigi Meningkat Pesat

17 Maret 2018

Tanam Padi Pakai Metode Hazton, Panen Petani Sigi Meningkat Pesat

Budidaya padi dengan Metode Hazton berhasil meningkatkan hasil panen di Sigi, Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Keluhkan Pemuda Tak Ingin Jadi Petani

4 Januari 2018

Mentan Amran Keluhkan Pemuda Tak Ingin Jadi Petani

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan para petani di Indonesia banyak yang berusia tua dan sulit mendapatkan generasi penerus.

Baca Selengkapnya

Penyebab Petani Mataram Enggan Terima Bantuan Mesin Pemerintah

13 September 2017

Penyebab Petani Mataram Enggan Terima Bantuan Mesin Pemerintah

Petani di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, enggan menerima tiga unit mesin panen padi dengan ukuran besar yang merupakan bantuan dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Pekan Kontak Tani Nelayan Ditutup, Peserta Agar Pelopori Daerah

11 Mei 2017

Pekan Kontak Tani Nelayan Ditutup, Peserta Agar Pelopori Daerah

Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) di Banda Aceh berakhir dan para petani dan nelayan diharapkan menjadi pelopor di daerahnya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Pertanian Siapkan Program Regenerasi Petani  

14 Januari 2017

Kementerian Pertanian Siapkan Program Regenerasi Petani  

Program tersebut untuk mencari bibit-bibit petani muda yang mampu menguasai teknologi pertanian serta berkompetensi di bidang informasi pertanian.

Baca Selengkapnya

1,4 Juta Petani di Jawa Tengah Punya Kartu Tani Tahun Ini

12 Januari 2017

1,4 Juta Petani di Jawa Tengah Punya Kartu Tani Tahun Ini

Sekitar 1.484.221 orang petani di Jawa Tengah akan mendapatkan kartu tani, sehingga tidak lagi terkendala stok pupuk saat masa pemupukan.

Baca Selengkapnya

Upah Buruh Tani Naik dari Rp48.235 Jadi Rp48.368/Hari

15 November 2016

Upah Buruh Tani Naik dari Rp48.235 Jadi Rp48.368/Hari

Upah nominal harian buruh tani nasional pada Oktober 2016 naik sebesar 0,28 persen dibanding September 2016.

Baca Selengkapnya