TEMPO.CO, Jakarta - Niat Presiden Joko Widodo bergabung dengan Trans Pacific Partnership (TPP) didukung pengusaha tekstil dan sepatu. Pasar mereka banyak tergerus Vietnam.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Edi Wijanarko mengatakan, bagi sektor sepatu dan alas kaki, Amerika Serikat merupakan pasar yang besar. Tahun lalu, ekspor sepatu ke Negeri Abang Sam mencapai US$ 1,12 miliar. Angka itu hampir 30 persen dari total nilai ekspor sepatu Indonesia. “Kami sangat bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat,” ucap Edi kepada Tempo, Rabu, 28 Oktober.
Senada dengan Edi, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan, bagi sektor tekstil dan produk tekstil, Amerika Serikat juga menempati posisi pertama sebagai negara tujuan ekspor.
Vietnam, yang juga produsen sepatu dan tekstil di ASEAN, telah bergabung dengan TPP, yang dimotori Amerika Serikat. Berarti, sepatu dan garmen yang diproduksi Vietnam bisa masuk Amerika Serikat tanpa bea masuk. Sedangkan produk Indonesia dikenai bea masuk hingga 20 persen. “Kalau tidak bergabung, daya saing kita kalah,” ujar Ernovian.
Ernovian menyadari bahwa bergabung dengan TPP akan menimbulkan banyak konsekuensi, termasuk membuka daftar negatif investasi. “Pemerintah tetap harus memperhitungkannya dengan sangat matang,” tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengatakan ketertarikannya bergabung dengan TPP. “Indonesia berniat bergabung dengan TPP,” kata Jokowi di depan Obama di Gedung Putih, Senin siang waktu setempat atau Selasa dinihari, 27 Oktober 2015, waktu Indonesia.
PINGIT ARIA