TEMPO.CO, Sampang - Dinas Pertanian Kabupaten Sampang, Jawa Timur, mencatat sebanyak 209 hektare tanaman padi di 9 kecamatan gagal panen atau puso. Kepala Bidang Teknik Dinas Pertanian Sampang, Suyono, mengatakan gagal panen diakibatkan musim kemarau yang menyebabkan tanaman padi mengering. "Awalnya yang diprediksi gagal panen sekitar 910 hektare tapi, setelah panen, yang puso 209 hektare," katanya, Selasa, 4 Agustus 2015.
Total kerugian yang dialami petani di Sampang mencapai Rp 2 miliar. Menurut Suyono, angka kerugian ini muncul berdasarkan kalkulasi rata-rata biaya yang dikeluarkan petani, mulai penyiapan lahan, ongkos buruh, pembelian bibit dan pupuk, hingga biaya perawatan dari hama tanaman.
"Hitungan-hitungan kasar kerugian Rp 2 miliar, jika dihitung dari semua sektor," katanya tanpa merinci biaya rata-rata yang dikeluarkan petani.
Untuk meringankan beban kerugian yang dialami petani, Dinas akan segera melaporkannya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur. "Supaya paling tidak tahun depan, mereka mendapat bantuan bibit gratis."
Data yang diperoleh Tempo menyebutkan gagal panen itu melanda, di antaranya, Kecamatan Kota, Torjun, Sokobenah, Camplong, Ketapang, Jrengek, dan Banyuates. Puso terparah dialami petani Jrengik, di mana lebih dari 70 hektare tanaman padinya gagal panen.
Samsuri, petani di Desa Jrengek, mengaku sudah berupaya menyelamatkan tanaman padinya dengan cara menyiram dengan pompa air rumah tangga. Dia mengatakan upaya itu berhasil membuat tanaman padinya tumbuh. Namun, setelah dipanen, bulir padi miliknya tidak berisi. "Kerugian saya sekitar Rp 1 juta per 10 ribu bibit padi," ucapnya.
MUSTHOFA BISRI