TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan calon presiden Prabowo Subianto yang menolak proses pelaksanaan pemilihan presiden membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Akibatnya, indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia terjun bebas hingga 1,5 persen. Indeks tertekan setelah Prabowo menyampaikan pidatonya bahwa ia menolak penghitungan pilpres oleh KPU karena dinilai penuh kecurangan dan tidak demokratis.
Analis dari PT First Asia Capital, David Nathanael, menilai IHSG yang telah mengalami reli cukup signifikan memang sudah saatnya terkoreksi. Harga-harga saham yang semakin mahal kini mencoba kembali ke harga wajar. "Pernyataan negatif dari Prabowo dimanfaatkan pelaku pasar sebagai momentum untuk merealisasikan keuntungan."
Menurut David, kenaikan indeks saham hingga level 5.100 dipicu oleh faktor sentimen pilpres. Dengan demikian, ketika ada faktor sentimen negatif dari hasil pilpres tersebut, indeks akan kembali melemah.
Di sisi lain, investor asing yang selama ini selalu mencatat pembelian bersih hari ini justru menjual saham. Pernyataan Prabowo membuat risiko ketidakpastian di pasar meningkat. "Asing khawatir situasi politik semakin memanas sehingga memilih untuk menjual sahamnya."
Situasi pemilihan presiden yang cukup kondusif telah mendorong investor ramai-ramai membeli portofolio saham. Dengan demikian adalah hal yang wajar mereka menjual saham bila risiko meningkat.
PDAT | M. AZHAR
Berita Terpopuler
SBY Berhentikan Kepala Staf TNI AD
Berita Potong Kelamin, Ahmad Dhani ke Dewan Pers
Saran Ahok Buat Jokowi Usai Pengumuman Pilpres
Umat Kristen Irak Diminta Pindah Agama
Begini Kantor Jokowi Sebelum Pengumuman Pilpres