TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan mengatakan, prospek pelayaran niaga nasional sangat menjanjikan. "Dilihat dari pemetaan kekuatan armada niaga nasional kita, telah terjadi peningkatan armada sejak 2010-2012," katanya dalam sambutan pada upacara wisuda perwira remaja lulusan program diploma IV dan pelantikan program perwira diklat Pelaut I, Pelaut II, dan diklat Pelaut III, di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Kamis, 14 Maret 2013.
Mangindaan menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki 11.620 armada atau berkapasitas 16.078.450 gross tonnage (GT). Seluruh armada tersebut terdiri dari 9.964 milik perusahaan angkutan laut nasional pemegang Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL) dengan kapasitas 15.348.785 GT dan 1.656 unit armada milik perusahaan angkutan laut khusus pemegang Surat Izin Operasional Angkutan Laut Khusus (Siopsus) berkapasitas 606.771 GT.
Mangindaan mengungkapkan, peran serta dukungan subsektor transportasi laut dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sangat dibutuhkan setelah dibaginya konsep dan lokasi global hub di bagian barat dan timur Indonesia. “Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai daerah di Indonesia mengalami perubahan iklim secara signifikan,” ucapnya.
Ia menuturkan, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan berkepanjangan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. Perubahan musim tersebut mempengaruhi kondisi laut. Mangindaan menyebutkan, berbagai perairan Indonesia memiliki gelombang lebih dari 1,5 meter. Bahkan, di wilayah-wilayah tertentu, ketinggian gelombang mencapai 3-5 meter.
Hal tersebut dinilai Mangindaan dapat berdampak pada terganggunya kegiatan pelayaran, bahkan bagi kapal bertonase tinggi. "Kondisi alam inilah yang perlu diantisipasi para perwira kapal," ucapnya.
MARIA YUNIAR