Sri Mulyani Optimistis Ekonomi 2017 Tumbuh 5 Persen
Editor
Saroh mutaya
Selasa, 3 Januari 2017 20:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan proyeksi sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 bisa mencapai lima persen atau lebih baik dari tahun lalu, yakni 4,8 persen.
"Perekonomian 2016 diperkirakan tumbuh lima persen, di bawah asumsi APBNP, namun relatif lebih baik dari 2015 sebesar 4,8 persen," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers realisasi sementara APBN Perubahan 2016 di Jakarta, Selasa, 3 Januari 2017.
Sri menjelaskan, perkiraan pencapaian itu termasuk yang terbaik di antara negara-negara G20 dan negara berkembang lain, yang sebagian besar masih terpengaruh oleh perlambatan perekonomian global.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi lima persen itu bisa tercapai dengan asumsi pada triwulan empat 2016 ekonomi tumbuh minimal 4,7 persen yang didukung membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Konsumsi rumah tangga dan investasi masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun konsumsi pemerintah akan dipengaruhi belanja pemerintah pusat yang lebih rendah karena ada penyesuaian anggaran," kata Sri.
Selain itu, lanjut Sri, laju inflasi nasional memperlihatkan kinerja yang relatif terkendali sepanjang 2016, yaitu hanya 3,02 persen atau lebih rendah dari asumsi APBNP empat persen.
"Tingkat inflasi 2016 sangat terkendali karena didukung rendahnya harga komoditas serta langkah pemerintah dalam menjaga produksi dan memperbaiki arus distribusi meski ada risiko seasonal dan gangguan pasokan akibat iklim," katanya.
Stabilitas ekonomi selama 2016, menurut Sri, juga terlihat dari nilai tukar rupiah yang berada pada level Rp 13.307 per dolar Amerika Serikat atau lebih kuat dibandingkan dengan asumsi APBNP Rp 13.500 per dolar Amerika.
"Kesehatan fundamental ekonomi disertai berbagai langkah kebijakan seperti pemulihan kredibilitas pelaksanaan APBN serta pelaksanaan Undang-Undang Pengampunan Pajak menjadi faktor penguatan rupiah," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Dalam kesempatan itu, Sri juga menyampaikan rata-rata realisasi asumsi makro lain pada 2016, yaitu suku bunga SPN 3 bulan 5,7 persen, harga ICP minyak 40 dolar Amerika per barel, lifting minyak bumi 829 ribu barel per hari, dan lifting gas 1.184 ribu barel setara minyak per hari.
"Menghadapi kondisi makro 2016, yang terjadi akibat melambatnya ekonomi global ataupun ekonomi dalam negeri yang belum sepenuhnya pulih, defisit masih dijaga dalam batas aman 2,4 persen terhadap PDB," ujar Sri.
ANTARA