DPR Minta Proyek Kereta Cepat Dikaji Lagi, Ini Alasannya

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Selasa, 2 Februari 2016 18:41 WIB

Presiden Jokowi (tengah) meninjau miniatur kereta cepat saat Groundbreaking Proyek Kereta Cepat di Cikalong Wetan, Bandung Barat, 21 Januari 2016. Acara ini dihadiri Gubernur Jawa Barat, Gubernur DKI Jakarta, Menteri BUMN, Menteri PUpera, Menteri LHK, dan pihak-pihak lainnya. AP/Dita Alangkara

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Hafisz Tohir mengatakan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung harus dikaji lebih dulu selama 2016.

"Perlu dikaji dulu, selesaikan tata aturan, barulah bicara layak atau tidak," katanya dalam diskusi publik “Stop Rencana Pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung” di Operation Room, Gedung Nusantara, Jakarta, Selasa, 2 Februari 2016.

Hafisz mengungkapkan beberapa alasan dengan mengungkit sejarah rencana pembangunan kereta cepat yang sudah dimulai pada 2009, di era pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Tapi PT KAI menolak melakukan konsorsium karena dianggap tidak visible," katanya.

Kemudian, kata Hafisz, proyek ini kembali dihidupkan dalam pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan mengambil asumsi business to business (b-to-b). Hal ini pulalah, Hafisz mengutip pernyataan Menteri Rini, yang menjadi penyebab Cina memenangi proyek itu. "Sebab, bila menggunakan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tidak akan bisa mengejar break even point," tuturnya.

Hafisz mengungkapkan, terpilihnya Cina dalam proyek kereta cepat dinilai selaras dengan program Presiden Cina Xi Jinping, yaitu Cina menginginkan jalur transportasi yang menguntungkan kejayaan Cina daratan. "Ini akan menguntungkan kepentingan blok mereka."

Politikus Partai Amanat Nasional ini juga mengungkapkan bahwa salah satu perusahaan China Railway Group, yaitu China Railways Construction Corporation, memiliki utang yang setara dengan seluruh utang negara Brasil.

"Ada namanya China Railways Construction Corporation, saya infokan, memiliki utang 3,1 triliun yuan sampai September 2013. Setara dengan seluruh utang negara Brasil, tapi hanya dimiliki satu korporasi Cina," ucapnya.

Utang senilai Rp 6.000 triliun dan memiliki empat setengah EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) tersebut, menurut Hafisz, sudah pernah ia tanyakan kepada Menteri BUMN Rini Soemarno di Komisi VI. "Ibu Rini jawab diplomatis bahwa ia akan mempelajari itu. Sampai sekarang kami belum dapat jawaban itu."

FRISKI RIANA

Berita terkait

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

1 hari lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

1 hari lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

1 hari lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

3 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

4 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

4 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

4 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

5 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

6 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya