Perusahaan Swedia Dituduh Ikut Rusak Hutan Indonesia

Reporter

Editor

Senin, 4 Agustus 2003 11:28 WIB

TEMPO Interaktif, Stocklom, AFP:Dua lembaga konservasi lingkungan internasional menuduh perusahaan-perusahaan besar Swedia terlibat dalam perusakan hutan tropis di Indonesia. World Wildlife Fund (WWF) dan Swedish Society of Nature Conservation (SSNC) mengatakan keterlibatan perusahaan Swedia ini dalam bentuk pemberian kredit, penyediaan peralatan, dan kerja sama perdagangan. Dalam pernyataannya seperti dikutip AFP, Minggu (24/3), WWF dan SSNC menuduh dua pabrik kertas, Indah Kiat Pulp & Paper, yang dimiliki Asia Pulp & Paper, dan PT Riau Andalan Pulp & Paper, milik Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), telah mengubah ribuan hektar alam yang tidak tergantikan menjadi hutan Eucalyptus dan Acacia. Perubahan ini berdampak negatif bagi habitat dan satwa yang menghuninya. Banyak perusahaan Swedia menunjukkan perilaku yang baik di negerinya, tapi mereka tidak mengontrol dengan perusahaan apa mereka bekerja sama di luar negeri dan terlibat dalam operasi yang merusak lingkungan serta melanggar HAM, kata Direktur Utama SSNC Mikal Karlsson. Menurut Karlsson, raksasa keuangan Swedia, Nordea, terlibat dalam pembiayaan pembangunan konstruksi Indah Kiat. Sementara perusahaan rekayasa raksasa Swedia, ABB, menyediakan peralatan dan mesin bagi Indah Kiat maupun Riau Andalan. Sedangkan Swedish Export Credits Guarantee Board menyediakan jaminan kredit bagi keduanya. Bubur kertas yang dihasilkan kedua pabrik itu, diimpor oleh perusahaan kertas Swedia seperti Duni, Klippan paper dan Munkedals. Ada hubungan antara (tissue) kamar mandi di Swedia dengan hutan tropis di Indonesia, kata Karlsson. Namun menurut juru bicara ABB Erik Kristov, mereka merasa kerjasama dengan perusahaan Indonesia bukan suatu masalah. Pasalnya, kerja sama ini telah disetujui oleh Swedish Export Credits Guarantee Board. Tapi kami telah mendengar masalah itu dan melihat hal itu sebagai masalah serius. Kami akan melakukan investigasi dan berbicara dengan klien kami, katanya. Sementara juru bicara Nordea, Lena Hoeglund Rosen, mengakui lembaganya pernah memberikan kredit bagi Indah Kiat pada pertengahan 1990-an. Namun kini perusahaannya telah menerapkan standar yang lebih ketat dalam memberikan pinjaman. Kami biasanya menerapkan penilaian dampak lingkungan untuk memperoleh gambaran bisnis dengan perusahaan dengan siapa kami bekerja, katanya. Cellmark, yang bekerja sama memasarkan 90 persen bubur kertas Acacia produk dua perusahaan itu selama 10 tahun ke depan, tidak menunjukkan sikap jelas. Kami berjanji, jika proyek ini terwujud, ini akan melalui kontrol lingkungan yang ketat. Karena tidak mungkin mendapatkan pembiayaan tanpa hal itu, kata Direktur Cellmark Tomas Hedberg. Karlsson mengingatkan, apabila proses alih fungsi hutan tropis di Indonesia menjadi hutan tanaman tidak dibatasi, akan menghancurkan habitat kehidupan biologis di tempat itu, misalnya orang utan. Sapto Pradityo --- TNR

Berita terkait

Tak Hadiri Pembubaran Timnas Amin, Surya Paloh Mengaku Tidak Tahu

1 menit lalu

Tak Hadiri Pembubaran Timnas Amin, Surya Paloh Mengaku Tidak Tahu

Surya Paloh tidak tampak dalam acara yang digelar di kediaman Anies di Lebak Bulus itu.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

7 menit lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

23 menit lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Belum Aman untuk Penerbangan

24 menit lalu

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Belum Aman untuk Penerbangan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Bandara Sam Ratulangi, Manado belum aman untuk penerbangan akibat erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Kehidupan Warga Gaza Hancur Gara-gara Serangan Israel, Ini Detailnya

24 menit lalu

Kehidupan Warga Gaza Hancur Gara-gara Serangan Israel, Ini Detailnya

Jalur Gaza mengalami bencana kemanusiaan selama hampir tujuh bulan sejak serangan Israel sebagai balasan serangan Hamas 7 Oktober ke wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

30 menit lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

35 menit lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

37 menit lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Hadiri Penetapan Caleg Terpilih di Solo, Gibran Berharap Bisa Merangkul Semua Kekuatan Politik

38 menit lalu

Hadiri Penetapan Caleg Terpilih di Solo, Gibran Berharap Bisa Merangkul Semua Kekuatan Politik

Gibran berharap Pemerintah Kota Solo dapat menjalin kerja sama yang baik dengan seluruh anggota DPRD.

Baca Selengkapnya

Israel Ancam Balas Dendam terhadap Palestina Jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

43 menit lalu

Israel Ancam Balas Dendam terhadap Palestina Jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Israel mengancam melakukan pembalasan terhadap Otoritas Palestina jika ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan menteri-menterinya.

Baca Selengkapnya