INDEF: Tahun 2016 Rupiah Tembus di Rp14.000 Per Dolar AS

Reporter

Kamis, 26 November 2015 17:39 WIB

Ilustrasi mata uang rupiah. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan nilai tukar rupiah pada 2016 akan menembus Rp 14.000 per dolar AS.

Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati mengatakan, perkembangan neraca pembayaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai tukar.

"Neraca perdagangan memang cenderung surplus, tetapi lebih disebabkan karena penurunan impor yang lebih cepat dibandingkan ekspor, sedangkan neraca transaksi jasa dan pendapatan dipastikan negatif," ujar Enny dalam sebuah seminar, di Jakarta, Kamis, 26 November 2015.

Enny menuturkan, topangan kinerja neraca pembayaran bergantung pada aliran modal, baik investasi langsung, portofolio maupun lainnya. Kinerja investasi langsung akan terkait dengan efektivitas paket-paket kebijakan pemerintah, sedangkan investasi portofolio akan masih melonjak karena tingginya suku bunga domestik.

"Hanya saja, investasi portofolio bergerak liar mengikuti perkembangan ekspektasi, rumor, dan suku bunga," kata Enny.

Menurut dia, faktor eksternal yang menentukan nilai tukar rupiah adalah keputusan kenaikan suku bunga The Fed. Proyeksi perbaikan ekonomi Amerika Serikat pada akhirnya mendorong dilaksanakannya kenaikan suku bunga The Fed pada 2016.

"Keputusan ini akan menyebabkan tekanan terhadap rupiah, terutama yang bersumber dari aliran investasi portofolio," ujar Enny.

Selain itu, lanjutnya, perekonomian Cina yang belum membaik menyebabkan aktivitas perdagangan dunia, terutama permintaan komoditas dunia, tidak akan berubah signifikan. Pelemahan permintaan Cina memberikan dampak yang cukup berarti bagi pertumbuhan ekspor nasional.

"Ditambah lagi suku bunga kredit yang masih cukup tinggi di Indonesia memicu meningkatnya utang luar negeri yang berbunga relatif lebih rendah. Akibatnya, tekanan terhadap rupiah semakin susah diminimalkan," kata Enny.

Sementara itu, aliran impor pada 2016 akan bergantung pada kinerja sektor industri serta efektivitas paket kebijakan pemerintah. Jika paket kebijakan tersebut berjalan dengan baik, kebutuhan valas ke depan masih cukup besar.

Rata-rata impor nasional sepanjang Januari-September 2015 mencapai US$ 107,94 miliar, sedangkan kebutuhan valas dari pembayaran pokok serta bunga utang pemerintah dan bank sentral pada Januari-Juli 2016 mencapai US$ 5,08 miliar.

Dengan memperhatikan prediksi situasi pada 2016, pihaknya memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa menembus Rp 14.000 per dolar AS.

"Level tersebut lebih pesimistis dari pemerintah (Rp 13.900 per dolar AS). Namun jika pemerintah bersama BI dapat berupaya maksimal memperbaiki kinerja defisit transaksi berjalan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, masih ada peluang bagi rupiah berada di bawah Rp 14.000 per dolar AS," ujar Enny.







ANTARA

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

11 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

42 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

42 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

42 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

43 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

43 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

55 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

57 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

57 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya