Lulusan SMK Didorong Menjadi Pengusaha

Reporter

Sabtu, 10 Oktober 2015 12:22 WIB

Kompentesi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian mendorong lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMKPP) Negeri Mataram, tidak hanya menjadi penyuluh, namun harus mampu menjadi pengusaha pertanian.

"Kami sudah menyusun kurikulum pendidikan SMKPP berdasarkan agrosistem yang berkembang di daerah tersebut untuk mempermudah akses lulusan terhadap dunia usaha terutama bidang pertanian," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Dadih Permana pada saat mengunjungi SMKPP Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (9 Oktober 2015).

Menurut dia, kurikulum pendidikan yang dirancang untuk SMKPP tidak hanya semata-mata menyampaikan ilmu, tetapi juga menggali minat dan bakat para siswa serta menjembatani peserta didik dengan dunia usaha bidang pertanian, peternakan dan perikanan.

Terlebih saat ini ada program untuk menumbuhkembangkan wirausaha muda di bidang pertanian.

Mantan Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB ini, menambahkan SMKPP memang dihajatkan untuk menghasilkan sumber daya penyuluh terampil dan ahli dalam bidang pertanian, peternakan dan perikanan.

"Tapi mereka harus didorong juga agar langsung bisa terakses oleh dunia usaha dan dunia industri, sehingga nantinya menjadi wira usaha yang sukses," ujarnya.

Kementerian Pertanian, kata dia, telah mengeluarkan anggaran untuk bidang pendidikan melalui dana APBN. Ada juga dana dari dunia usaha dan dunia industri, seperti program "corporate social responsibility" (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Dengan mengalokasikan anggaran untuk pendidikan diharapkan bisa mengubah anggapan masyarakat bahwa sekolah pertanian itu tidak menguntungkan, tapi justru sangat menguntungkan, baik terjun langsung ke sektor pertanian, maupun menjadi seorang wira usaha di bidang pemasaran hasil pertanian, perikanan dan peternakan.

"Pola pikir masyarakat saat ini masih instan, lulus sekolah mau jadi pegawai, tidak mau berproses. Padahal, kalau dunia pertanian digeluti bisa juga jadi orang sukses, tapi butuh proses," ujar Dadih.

Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan NTB, Hj Husnanidiaty Nurdin, mengatakan para siswa SMKPP Negeri Mataram sedang diarahkan untuk memiliki mental wira usaha di bidang pertanian.

Hal itu bertujuan agar kelak lulusannya dapat mandiri dengan keahlian yang dimiliki dan dipelajari dari sekolah.

"Makanya selama sekolah itu diarahkan ke situ, di mana mereka bisa bergerak kembali lagi berusaha di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan," ujarnya.


ANTARA

Berita terkait

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

1 hari lalu

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

Keterampilan menguasai AI semakin dicari oleh perusahaan di skala global. Belum diimbangi skema pendidikan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

8 hari lalu

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

35 hari lalu

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI

Baca Selengkapnya

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

36 hari lalu

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

39 hari lalu

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

Jerman sedang mengalami krisis tenaga kerja sehingga meminta anak muda magang menjadi sopir trem.

Baca Selengkapnya

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

40 hari lalu

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

49 hari lalu

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

56 hari lalu

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

Jokowi mengklaim kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61 persen.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

29 Februari 2024

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

20 Februari 2024

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

Tenaga honorer merupakan bagian integral dari struktur tenaga kerja di Indonesia, terutama di sektor publik.

Baca Selengkapnya