Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 6 Oktober 2015. Dalam rapat ini Komisi VI bersama Kementerian BUMN telah menyepakati Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada perusahaan BUMN sebanyak Rp 34,318 Triliun. Jumlah tersebut meningkat dari usulan Pemerintah sebelum kesepakatan sebesar Rp 3 Triliun. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Bandung - Indonesia akan tetap bekerja sama dengan Jepang untuk membuat fasilitas kereta cepat di Indonesia. Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno merasa yakin Jepang tak akan menarik investasinya dalam proyek tersebut.
Menurut mantan eksekutif PT Astra International Tbk ini, selain faktor kedekatan, sudah ada pembicaraan dengan Jepang terkait dengan proyek kereta cepat. "Enggaklah, Jepang dan kita itu sahabat. Jadi enggak akan ada penarikan investasi. Kita juga sedang ada pembicaraan mengenai agreement untuk kereta cepat itu," ucap Rini saat ditemui setelah acara hari ulang tahun PT Len Industri (Persero), Jumat, 9 Oktober 2015
Menurut Rini, kerja sama yang dilakukan Indonesia-Jepang sudah terjalin selama puluhan tahun. Jadi, dalam persoalan proyek ini, kedua pihak akan sama-sama mengupayakan jalan terbaik yang sama-sama menguntungkan dan terhindar dari kerugian. "Kita akan cari jalan tengah, jalan terbaik. Jangan sampai kerja sama ini membuat negara kita jadi terikat. Indonesia tidak bisa terikat dengan negara lain. Jadi kita cari yang terbaik," ujar Rini
PT Len Industri (Persero), sebuah badan usaha milik negara strategis yang salah satu produknya adalah penyedia sarana transportasi kereta api, menyambut baik proyek tersebut. Perseroan sudah siap dengan terobosan produk terbarunya, seperti persinyalan yang sudah dipasang di jalur kereta api Cirebon-Surabaya.
"Kami sudah di industri persinyalan kereta. Jadi kami menyambut baik proyek kereta cepat," tutur Direktur Utama PT Len Industri Abraham Mose.
PT Len, ujar Abraham, juga sudah membangun solar module system. Tujuannya, mengolah solar agar bisa menekan tingkat pembelian bahan bakar minyak dari luar negeri.