TEMPO.CO, Jakarta - Para petani kopi di Kabupaten Bandung mengaku sangat menikmati musim kemarau panjang pada tahun ini. Pasalnya, minimnya hujan membuat hasil produksi mereka meningkat hingga 30 persen.
Ketua Kelompok Petani Kopi Luwak Rahayu Kabupaten Bandung Supriatna Dinuri mengatakan kopi luwak hasil produksi meningkat dibandingkan dengan musim hujan. "Untuk kopi yang ditanam di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut, musim kemarau panjang sama sekali tidak berpengaruh. Justru petani bisa menikmati hasil yang banyak," katanya, Rabu, 7 Oktober 2015.
El Nino memang akan menyebabkan pembungaan menjadi mundur dari seharusnya Mei menjadi Juni 2016. Namun pengolahannya yang memanfaatkan cahaya matahari membuat hasil pengeringan menjadi lebih sempurna.
Selain itu, petani bisa mempersiapkan lahan untuk penanaman pada musim penghujan berikutnya. "Sebelum ditanami kopi, petani mesti membuat lubang yang harus mendapatkan sinar matahari agar hasilnya bagus," ujarnya.
Saat ini, sebagian besar kopi luwak produksi Kabupaten Bandung diekspor ke Taiwan karena harga yang ditawarkan lebih menggiurkan, bisa mencapai Rp 87 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 69 ribu per kilogram. Meski begitu, pihaknya tetap melayani pembelian partai kecil untuk kebutuhan dalam negeri.