TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah yang terus bergerak menguat kembali mendorong laju indeks harga saham gabungan (IHSG). Pada jeda sesi pertama hari ini, rupiah yang berada pada level Rp 14.236 per dolar pun membuat IHSG berakhir naik 116,35 poin (2,68 persen) pada level 4.460,05.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menjelaskan, depresiasi rupiah memang menjadi faktor utama kenaikan indeks. Alasannya, menurut Satrio, rupiah yang menguat berdampak positif pada aksi beli investor asing. “Rupiah menguat mendorong dana asing terus mengalir masuk. Hingga siang ini, net buy sudah berjumlah Rp 472 miliar,” kata dia. (Lihat videoBJ Habibie: Masyarakat Tak Peduli Dolar Naik)
Di luar saham-saham sektor perbankan, saham ASII menjadi penopang kenaikan indeks. Saham ASII tercatat melonjak 11,3 persen ke level Rp 5.925 per lembar saham, BBRI menguat 4,4 persen menjadi Rp 9.525 per lembar saham, sedangkan BBCA naik 3,0 persen ke level Rp 12.295 per lembar saham.
Namun, Satrio mensinyalir penguatan rupiah dan IHSG ini masih berkait dengan suramnya prospek kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed’s rate) pada tahun ini. Pertumbuhan data tenaga kerja AS (Nonfarm Payrolls) bulan September yang hanya tumbuh 142 ribu menyulitkan bank sentral Abang Sam (The Fed) untuk memulai program normalisasi kebijakan moneternya. “Respons positif dari data ekonomi AS yang negatif,” ujarnya.