Pesawat komersial bersiap tinggal landas di landasan yang terselimuti asap sisa kebakaran hutan dan lahan di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau (19/6). Kebakaran lahan dan hutan di Riau masih terus terjadi mengakibatkan asap pekat yang mulai menganggu kesehatan warga dan aktivitas penerbangan. ANTARA/FB Anggoro
TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Purang (AP) II Cabang Pekanbaru menyatakan tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan pesawat udara, baik lepas landas maupun mendarat, karena jarak pandang terbatas dan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II masih lumpuh.
"Sampai siang ini atau pukul 14.00 masih lumpuh karena jarak pandang masih sangat terbatas," kata Kepala Divisi Pelayanan dan Operasi AP II Cabang Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Hasturman Yunus di Pekanbaru, Senin, 14 September 2015.
Ia menjelaskan, jarak pandang hanya mencapai 100-150 meter sejak pukul 07.00 di bandara setempat.
Namun, pada pukul 10.00, jarak pandang sempat menyentuh angka 200 meter dan kemudian berada di bawah angka tersebut dan cenderung tidak naik lagi sampai siang hari.
"Kalau kemarin masih agak mendingan karena pukul 12.00 sudah bisa landing (mendarat) dengan jarak pandang bisa di atas 1.000 meter lebih. Tapi kalau sekarang ini cuma 200 meter. Jadi tidak mungkin lagi untuk landing yang berakibat cancel (pembatalan)," ujarnya.
Ihwal dua maskapai yang menginap di apron atau tempat parkir pesawat, yakni Lion Air nomor penerbangan JT 393 sesuai dengan jadwal terbang pukul 6.30 Wib dan Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 177 sesuai dengan jadwal terbang pukul 07.00 tujuan Jakarta, hari ini sudah tidak ada.
"Semalam dua maskapai itu tidak sempat (menerbangi rute Jakarta-Pekanbaru)," ujarnya.
Berdasarkan data Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, setiap hari tidak kurang dari 60 kali penerbangan, baik aktivitas pendaratan maupun lepas landas.
Aktivitas penerbangan tersebut dilakukan 11 maskapai, baik rute domestik maupun internasional, seperti Lion Air, Garuda Indonesia, Batik Air, Indonesia AirAsia, Citilink Indonesia, Susi Air, Silk Air, AirAsia, Firefly, Sriwijaya Air, dan Malindo Air.