TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Faisal Basri menilai kereta cepat Jakarta-Bandung belum mendesak. Pemerintah diminta tetap pada rencana membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya karena dianggap lebih efektif.
"Kereta cepat sejenis Shinkansen pada galibnya hadir untuk jarak jauh seperti Tokyo-Osaka yang jaraknya hampir sama dengan Jakarta-Surabaya," ujar Faisal, melalui blog pribadinya, yang diakses pada Jumat, 4 September 2015.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution kemarin mengatakan Presiden Joko Widodo memutuskan untuk membatalkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Menurut Faisal, kereta cepat sanggup bersaing dengan pesawat karena stasiun kereta cepat biasanya berlokasi di tengah kota sehingga lebih cepat dijangkau. Dibanding pesawat, kereta juga tidak membutuhkan waktu lama sebelum keberangkatan. Jika menggunakan kereta cepat, Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Proses pra dan pascaperjalanan juga dianggap Faisal tidak menghabiskan waktu.
Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini menuturkan, kereta cepat Jakarta-Bandung masih punya banyak saingan, yakni dengan biro perjalanan atau bus kota. Moda ini, dalam rute Bandung-Jakarta atau sebaliknya, hanya butuh waktu sekitar 2-2,5 jam.
Kalaupun pembangunan terealisasi, kata Faisal, tingkat keterisian penumpang bakal dipertanyakan. Apalagi jika kecepatannya berkurang hingga menengah.
Faisal menyarankan pembangunan kereta cepat menggunakan rel yang sudah ada untuk menghilangkan proses pembebasan lahan.
KAI Sebut Penjualan Tiket Kereta Kelas Suite Compartment dan Luxury Laris saat Libur Lebaran, Laku hingga 112 Persen
3 hari lalu
KAI Sebut Penjualan Tiket Kereta Kelas Suite Compartment dan Luxury Laris saat Libur Lebaran, Laku hingga 112 Persen
EVP of Corporate Secretary PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan penjualan tiket kereta api kelas Suite Class Compartment dan Luxury laris dibeli saat pelaksanaan angkutan masa Lebaran 2024.