IHSG Menguat: Buyback Saham BUMN Picu Reaksi Positif Investor
Editor
Widiarsi Agustina
Selasa, 25 Agustus 2015 19:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup 1,56 persen atau 64,7 poin ke level 4.228,50 dan mengalami technical rebound setelah terus tertekan oleh bursa saham global terutama China.
Lanjar Nafi, analis teknikal PT Reliance Securities, mengatakan rencana pembelian kembali saham atau buyback emiten badan usaha milik negara (BUMN) mendapatkan reaksi positif dari investor domestik.
"Pada perdagangan hari ini investor domestik mendominasi dengan volume perdagangan yang juga cukup tinggi," kata Lanjar analisa risetnya, Selasa 25 Agustus 2015.
Investor lokal melakukan aksi beli saham sebanyak Rp4,12 triliun dengan volume 7,37 miliar lembar. Tetapi, investor domestik juga melakukan aksi jual saham dengan nilai Rp3,42 triliun setara dengan 6,47 miliar lembar.
Tidak hanya aksi buyback saham BUMN, investor juga bergairah setelah adanya kebijakan meningkatkan tingkat auto rejection bawah di angka 10 persen.
Investor menilai, IHSG mengalami technical rebound dengan ditutup menguat 64,77 poin sebesar 1,56 persen dilevel 4.228,50. Sektor Konsumer mengalami penguatan paling tinggi dan sebagai indeks penopang penguatan IHSG pada hari ini.
Murahnya harga Saham-saham emiten sektor konsumer yang sebelumnya menjadi penopang pelemahan IHSG kemarin menjadi incaran para spekulan untuk dapat membeli diharga rendah pada hari ini. Rupiah terus merosot dan investor asing terus mencatatkan net sell hingga Rp 697,28 miliar.
Secara teknikal, sambungnya, IHSG mengalami technical rebound dan membentuk pola bullish harami dengan diawali trend bearish dan volume yang cukup tinggi. Indikator Stochastic golden-cross dengan Momentum RSI yang mulai rebound pada area jenuh jual.
Lanjar memerkirakan, IHSG akan mengkonfirmasi pola reversal tersebut dengan penguatan lanjutan meskipun terbatas dengan range pergerakan 4.200-4.340. Saham-saham yang dapat diperhatikan diantaranya BBCA, BBRI, CTRA, BSDE, UNTR.
Sementara itu, bursa saham di Asia bergerak bervariasi dengan pelemahan masih dipimpin oleh indeks saham di China. Investor mengkhawatirkan pemerintah akan menghentikan perhatian dan dukungan terhadap market.
Beberapa indikator Ekonomi di China sebagai prekonomian terbesar di Asia diprediksi kembali melambat sebagian indeks manufaktur mengisyaratkan jatuh pada bulan Agustus seusai prarilis PMI minggu lalu.
Bursa Eropa dibuka rebound cukup tinggi di tengah harga minyak yang mulai terlihat rebound dari harga terendah. Meredanya sentimen dari devaluasinya yuan membuat investor kembali melirik saham-saham yang telah terjatuh melebihi valuasinya.
"Data pertumbuhan GDP di German yang tetap stabil diangka 1,6 persen menjadi salah satu faktor reboundnya bursa di Eropa," paparnya.
Sentimen ekonomi selanjutnya yang akan datang sangat minim sehingga investor akan menanti data tingkat kepercayaan Investor dan Durable Goods Orders di AS.
BISNIS.COM