5 PLTU Jeranjang unit 1 di Lombok Barat yang macet uji operasinya. 2 Januari 2015. Tempo/SUPRIYANTHO KHAFID.
TEMPO.CO, Kupang - PT Perusahaan Listrik Negara Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kerugian sebesar Rp 5-8 miliar akibat terbakarnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap Bolok, Kabupaten Kupang.
“Kami sedang melakukan perbaikan beltconveyor yang rusak. Alat itu dijadwalkan tiba dari Surabaya akhir pekan ini,” kata General Manager PT PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur Richard Safkaur, Rabu, 19 Agustus 2015.
Kebakaran conveyor PLTU Bolok berawal dari percikan api tempat penghancuran batu bara (crusher). Api menjalar ke bagian conveyor dan mengakibatkan kebakaran hebat.
Menurut dia, dari tiga bagian conveyor yang terbakar, kerusakan paling parah terjadi di stage 4. Adapun stage 3 dan stage 5 mengalami kerusakan ringan. Meski begitu, seluruh bagian conveyor harus diperbaiki. “Kabel-kabel kontrol juga hangus terbakar,” ujarnya.
Kebakaran itu mengakibatkan operasional pabrik berhenti total. Dampaknya, sistem kelistrikan di Kupang mengalami defisit daya hingga 26 Mega Watt. Sebelum kebakaran, daya mampu PLN Kupang sebesar 65,3 megawatt, beban puncak siang 44,5 megawatt, dan beban puncak malam 52,6 megawatt.
Dengan pemadaman PLTU, daya PLN Kupang berkurang menjadi 39,3 megawatt sehingga dilakukan pemadaman bergilir pada siang sebesar 5,2 megawatt dan malam 7,3 megawatt. “Ada operasi captivepower sebesar 6 megawatt dan saat ini pembangkit listrik tenaga diesel kembali dioperasikan penuh selama 24 jam,” katanya.