TEMPO Interaktif, Jakarta:Analis properti dari PT Procon Indah memperkirakan pasca kenaikan bahan bakar minyak(BBM) dan Patokan Bank Indonesia (BI rate) menyebabkan penundaan pembangunan proyek properti di Jakarta. "Mereka membatasi ekspansi karena sulitnya pendanaan,"kata Direktur Riset dan Kosultasi PT. Procon Indah, Lini Djafar. Penundaan pembangunan juga disebabkan naiknya biaya akibat kenaikan bahan bangunan.Khusus kenaikan suku bunga pinjaman akibat naiknya BI rate, lanjut Lini akan sangat mempengaruhi pembelian rumah dengan sistem kredit kepemilikan rumah."Karena bunga pinjaman sampai 15-17 persen,"ujarnya.Namun, untuk jenis properti lain, misalnya perkantoran, ritel, apartemen, kondominium, dan kawasan industri tidak banyak berpengaruh. Selama triwulan ketiga tahun ini, semua sektor properti mendapat pasokan baru. Tambahan sektor perkantoran berasal dari selesainya gedung di luar area segitiga emas.Untuk sektor ritel, tambahan pasokan berasal dari selesainya pembangunan Mal Pndok Indah II, pasar grosir Blok A Tanah Abang.Total pasokan perkantoran di Jakarta sampai akhir September lalu mencapai 5,16 juta meter persegi. Tingkat huniannya mencapai 84,1 persen. Sampai 2007, diperkirakna akan ada penambahan pasokan perkantoran hingga 1,061 meter persegi.Sementara total pasokan untuk ritel mencapai 2,12 juta meter persegi. Tingkat hunia untuk pasar ritel mencapai 82,1 persen. Diperkirakan hingga 2007 akan ada pasokan baru sekitar 1,04 juta meter persegi. Kenaikan harga BBM dan depresiasi rupiah terhadap dolar juga mengubah pola pembelian apartemen. "Kalau dulu untuk investasi, sekarang cenderung ditempati sendiri,"ujar Lini.Sutarto