TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi sepanjang bulan Juni 2015 sebesar 0,54 persen. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan laju kenaikan harga pada Mei yang deflasi sebesar 0,50 persen.
"Tujuh puluh enam kota mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi," kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Senin, 1 Juni 2015.
Inflasi tertinggi terjadi di Sorong (1,90 persen), sedangkan inflasi terendah terjadi di Palu (0,03 persen), dan deflasi tertinggi di Tual dengan minus 0,80 persen.
Menurut Suryamin, inflasi di Juni ini terjadi akibat peningkatan harga sejumlah kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,60 persen. Selain itu, kenaikan harga terbesar kedua ditunjukkan oleh kelompok makanan jadi berupa minuman, rokok, dan tembakau 0,55 persen; kelompok kesehatan dengan inflasi 0,32 persen; dan diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,28 persen.
Inflasi komponen inti pada Juni 2015 sebesar 0,26 persen, sementara tingkat inflasi komponen inti dari Juni 2015 terhadap Juni 2014 sebesar 5,04 persen. "Kenaikan inflasi juga disebabkan oleh bulan Ramadan," kata dia.
Dengan inflasi sebesar persen pada Juni ini, tingkat inflasi tahun kalender sepanjang Januari hingga Juni 2015 tercatat sebesar 0,96 persen. "Untuk inflasi year on year tercatat sebesar persen 7,26 persen," ujarnya.
ANDI RUSLI
Berita terkait
LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel
1 hari lalu
Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.
Baca Selengkapnya17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara
2 hari lalu
BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.
Baca SelengkapnyaBPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik
2 hari lalu
Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?
12 hari lalu
Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka
12 hari lalu
Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.
Baca SelengkapnyaImpor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik
13 hari lalu
BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.
Baca SelengkapnyaBPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
13 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.
Baca SelengkapnyaBPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan
13 hari lalu
BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.
Baca SelengkapnyaSurplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit
13 hari lalu
Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaTimur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak
13 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.
Baca Selengkapnya