TEMPO Interaktif, Cilacap:Melonjaknya harga bahan bakar minyak membuat sebagian besar nelayan tidak melaut. Bahkan, sebagian nelayan yang mencoba melaut harus menutupi tingginya biaya operasional dengan uangnya sendiri. Sumarto, 55 tahun, seorang anak buah kapal yang ditemui Tempo mengaku tidak melaut karena biaya operasional yang melambung tinggi. Kenaikan harga BBM menyebabkan naiknya biaya operasional untuk sekali melaut untuk 10 hari dari Rp 3 juta menjadi Rp 5 juta. Menurut Sumarto, sejak 1 Oktober Kapal Sungai Indah yang diawakinya tiga kali melaut. 'Tapi rugi terus. Bos saya harus nombok karena hasilnya cuma Rp 2 juta,"katanya di Cilacap, Rabu (12/10). Akibat tingginya biaya operasional, yang terdiri dari solar dan perbekalan, kapal berbobot 30 Gross Ton harus diikat di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap. "Tidak tahu sampai kapan" ujarnya. Hasil hasil melautnya merugi, ia dan tujuh anak buah kapal lainnya hanya mendapat bayaran Rp 5.000 perhari.Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia cabang Cilacap Indon Cahyono, nelayan merupakan kelompok yang paling terpukul akibat kenaikan BBM. "Pengusaha angkutan bisa menaikan tarif, tapi nelayan tidak bisa serta merta menaikan harga ikan," ujarnya Indon. Waktu untuk menaikan harga BBM tidak tepat. Karena dekat dengan musim panen ikan dan menjelang lebaran. "Seharusnya BBM dinaikan setelah tahun baru,"ujarnya. Tito Sianipar