Atasi Kekeringan, Petani Sedot Air dengan Pompa Elpiji  

Reporter

Editor

Zed abidien

Minggu, 7 Juni 2015 15:08 WIB

Andi, 50 tahun, petani di Desa Manyeti, Kecamatan Dawuan, Subang, sedang menyedot air dengan menggukan mesin pompa air di sumber air setempat, buat menyelamatkan tanaman padinya dari serangan kekeringan, 2 Juni 2015.TEMPO/Nastiti Deta Surya

TEMPO.CO, Subang - Musim kering membuat para petani di Desa Cihambulu, Pabuaran, Subang, Jawa Barat, memutar otak agar bisa menyelamatkan tanaman padinya. Tak ada sumber air setempat lagi yang mereka bisa manfaatkan karena semuanya sudah kering kerontang. Maka, solusinya hanya satu membuat sumur pantek atau sumur bor. Tentu dengan segala risikonya.

Seorang petani di Desa Cihambulu, Ocim, mengatakan, untuk membuat sebuah sumur pantek diperlukan biaya Rp 1 juta. Lalu, buat menarik air dari dalam sumur pantek dengan kedalaman rata-rata 20 meteran itu, ia harus menggunakan mesin pompa air dengan ukuran sumbu air dua atau tiga inci seharga Rp 3 juta dan dengan tambahan biaya bahan bakarnya. "Selama 21 jam kami memerlukan 20 liter bensin," kata Ocim.

Untuk itu, Ocim membeli bensin di pengecer dengan harga Rp 8.500 per liter. Alhasil untuk stok 21 jam operasional pompa air dieselnya dibutuhkan biaya pembelian bensin Rp 170 ribu.

Lalu, debit air yang dihasilkan dari sumur panteknya yang digeber selama tujuh 21 jam sehari semalam itu, hanya bisa mengairi setengah hektare atau 5.000 meter persegi sawah miliknya. "Terus terang, antara air yang berhasil dipompa dengan modal mesin pompa air dan BBM-nya sangat tidak sebanding," ujar Ocim.

Maka, agar bisa lebih efesien ia pun kembali mencari solusi jitu mengurangi anggaran pembelian BBM. Ocim kemudian berkelana sampai keluar Kabupaten Subang mencari tahu ihwal pompa air yang bisa dimodifikasi irit bahan bakar tetapi tetapi tetap bisa menyedot air sumur pantek secara maksimal. Dan, berhasil. "Mesin pompa air sekarang pakai bahan bakar gas elpiji tiga kilogram," ujar Ocim.

Menurutnya, dalam waktu 21 jam penyedotan air sumur pantek hanya menghabiskan dana Rp 70 ribu. Alhasil, Ocim, kini, bisa mengirit bahan bakar Rp 100 ribu selama 21 jam menggeber mesin pompa airnya.

Ucup, pemilik bengkel sepeda motor dari Desa Cihambulu, mengatakan, modifikasi bahan bakar pompa air dari bensin ke gas elpiji, tidak terlalu sulit dilakukan. Caranya ada dua, yakni dengan menyalurkan aliran gas elpiji melalui karburator atau melalui filter.

Adapun media buat menyalurkan gas elpiji ke karburator dan filter sama-sama pakai selang. "Kalau menyalurkannya lewat karburator rata-rata menggunakan selang regulator, adapun yang melalui filter menggunakan selang infusan," ujar Ucup, sambil terkekeh.

Ia menjelaskan, gas elpiji yang disalurkan melalui karburator ataupun filter, sama-sama akan menghasilkan api karena tertarik arus kompresi. "Lalu, secara otomatis, akan menghidupkan mesin yang kemudian membetot air dari dalam sumur pantek," ucup menuturkan teorinya.

Kini, para petani di Desa Cihambulu dan sejumlah desa tetangganya seperti Desa Siluman, Tanjungrasa Kidul, Bale Bandung Jaya, dan Kadawung, banyak yang telah melakukan modifikasi penggunaan bahan bakar bensin ke gas elpiji mesin pompa airnya.

"Alhamdulillah, modal memompa air sumur pantek sekarang jadi lebih irit dan air tetap mengalir maksimal," ujar Endang, petani asal Desa Tanjungrasa.

Walhasil, meski sumber-sumber air setempat kini sudah kering-kerontang, dengan jerih payah, kini, Endang, Ocim, dan ratusan petani lainnya, bisa lebih gigih menyelamatkan tanaman padinya dari musibah gagal panen alias puso.

Namun, penggunaan sumur pantek berbahan LPG kadang membuat petani lupa waktu. "Sebab, tidak cuma siang, malam hari pun petani ramai-ramai begadang di tengah sawah," ujar Kepala Desa Cihambulu Hasan Abdul Munir, yang mengaku hampir saban malam ikut meronda di persawahan.

Ia menyebutkan ada 200 hektare areal tanaman padi gadu di desanya yang kini benar-benar bergantung pada air sumur pantek. Jika ikhtiar itu gagal, maka, gagal pula masa panennya. "Para petani semua gigih melawan ancaman puso," ujarnya.

NANANG SUTISNA

Berita terkait

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

38 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

44 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

50 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

2 Maret 2024

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

29 Februari 2024

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.

Baca Selengkapnya

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

8 Februari 2024

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.

Baca Selengkapnya

Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

24 Januari 2024

Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

BNPB memberi penjelasan soal bantuan Jokowi sebesar Rp 8 juta per hektare yang diberikan untuk petani terdampak banjir dan El Nino.

Baca Selengkapnya

BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

5 Januari 2024

BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi di tahun 2024 curah hujan berada di kondisi normal.

Baca Selengkapnya

Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

22 Desember 2023

Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

Banyak anak di daerah yang terdampak itu mengalami infeksi saluran pernapasan akut selama kekeringan berkepanjangan.

Baca Selengkapnya