Kelonggaran LTV KPR dan KKB oleh BI sangat Tepat

Reporter

Jumat, 22 Mei 2015 01:40 WIB

Pengunjung sehabis berbelanja di salah satu gerai di Mall Plaza Indonesia, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Dunia mencatat, pertumbuhan kelas menengah dari nol persen pada tahun 1999 menjadi 6,5 persen pada tahun 2011 menjadi 130 juta jiwa dan diperkirakan juga angka tersebut bakal meningkat menjadi 141 juta pada 2030. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Bank Indonesia untuk merevisi ketentuan loan to value (LTV) kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dinilai langkah tepatuntuk mendorong pertumbuhan kredit saat bank sentral belum bisa menurunkan suku bunga.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada yang juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank Permata Tbk Tony Prasetiantono mengatakan, faktor pendorong pertumbuhan kredit yang lebih utama adalah penurunan suku bunga kredit. Namun, kondisi mata uang rupiah yang belum stabil, dia menyarankan supaya BI tidak mengotak-atik terlebih dahulu suku bunga acuan.

"Revisi aturan LTV bisa mendorong kredit walaupun yang paling elastis itu kalau suku bunga turun. Namun dalam keadaan sekarang, pelonggaran LTV memberikan insentif di luar bunga. Idealnya dua-duanya diubah, tapi saya tidak rekomendasi suku bunga diturunkan dulu," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/5/2015).

Pertumbuhan Ekonomi

dengan adanya rencana penurunan down payment sekitar 10% ini, Tony memprediksi dapat menaikkan pertumbuhan kredit secara total sebesar 1% hingga 2% hingga akhir tahun. Selain dapat mendorong pertumbuhan kredit, rencana revisi ini juga dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal ini disebabkan relaksasi LTV memiliki dampak berantai ke industri lain, seperti industri semen, pasir, dan sebagainya. Namun, efek terhadap pertumbuhan ekonomi, lanjut Tony, dirasakan paling cepat satu kuartal atau lebih setelah ketentuan tersebut diimplementasikan.

Senada, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan dengan revisi aturan LTV dan aturan giro wajib minimum (GWM) dan pelonggaran definisi loan to deposit ratio (LDR) yang akan segera diterbitkan dapat mendorong pertumbuhan kredit sebesar 1%.

"Jadi, misalkan tidak ada perubahan aturan tersebut, kredit mungkin paling banter 14% dengan asumsi fiskal bergerak dan ekonomi tumbuh. Adanya revisi ini pertumbuhan kredit akan didorong jadi 15%," tuturnya.

Sebelumnya, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulya E. Siregar juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, sektor perumahan merupakan salah satu sektor yang memiliki pengaruh besar dalam menggerakkan roda perekonomian.

"Kalau negara sedang mengalami resesi, sektor perumahan akan dilonggarkan karena akan menghasilkan efek domino. Industri lain ikut terangkat, seperti industri semen, ubin, pasir, dan genteng. Mereka butuh pembiayaan, jadi efeknya berantai," ujarnya.

BISNIS.COM

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya