TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi mata uang dolar Amerika Serikat akan terus menguat sejalan dengan ekonomi Amerika yang terus membaik.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan menguatkan mata uang dolar memang terjadi tidak hanya pada nilai tukar rupiah saja tetapi terjadi hampir seluruh mata uang negara di dunia.
"Nilai tukar rupiah ini merupakan urutan ketiga. Enggak hanya mata uang kita yang lemah terhadap dolar, negara-negara lain seperti Brazil dan Turki juga terdepresiasi," ujarnya di Gedung BI, Kamis (7/5/2015).
Sepanjang 2014, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar mengalami depresiasi sebesar 1,8%.
Sejak akhir Desember hingga Mei, nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sebesar 5,7%. Hal itulah yang menjadi penyebab nilai tukar rupiah menembus sekitar Rp13.000.
"Brazil pada 2014 terdepresiasi 12% dan sepanjang 2015 ini melemah 15%, artinya mata uangnya goyang sekali. Jadi, Indonesia sebenarnya secara umum masih stabil," kata Agus.
Pihaknya memperkirakan mata uang dolar akan terus menguat seiring pulihnya ekonomi Amerika.
"4-5 tahun berupaya memulihkan ekonominya . Untuk memulihkan ekonominya sampe menurunkan tingkat bunga dan menggelontorkan uang murah ke seluruh dunia," tuturnya.
Ekonomi Amerika mulai tahun 2014-2015 mulai pulih kembali dan akan berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga Fed Fund Rate.
Agus memperkirakan akan ada kenakan Fed Fund Rate dari 0,25% menjadi 7%.
"Suku bunga Amerika ini sudah 4 tahun tidak naik. Ekonomi Amerika yang mulai membaik ini akan membuat mereka menaikkan tingkat suku bunga fed fund rate pelan-pelan," terangnya.
Hal itulah yang membuat kondisi secara global, yakni mata uang dolar akan menjadi perkasa atau menguat secara teratur karena ada proses pemulihan ekonomi Amerika.
Oleh karena itu, dia menghimbau agar BUMN dan perusahaan swasta yang memiliki utang valas dapat melakukan transaksi lindung nilai untuk memitigasi risiko dari penguatan dolar AS dan juga untuk tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.
"Pesan kami, selama masih defisit neraca transaksi berjalan, kita perlu hati-hati, karena ini buat ketersediaan dolar kita terbatas. Selama ini defisit kita dibiayai oleh aliran dana asing yang masuk," ucap Agus.